Elegi

Rinagi married life au!

[NARATION]


Kegiatan pagi hari Nagi sama kaya ibu rumah tangga pada umumnya, dia ya nyapu, ngepel rumah, do some laundry, dan buat makan siang yg pastinya cukup untuk dirinya sendiri. Kalau sudah selesai masak, biasanya Nagi duduk di ruang tamu sambil nonton Tv. Biasanya dia nonton We Bare Bears sama kadang mantengin channel HBO, siapa tau ada Harry Potter.

Kalau sudah selesai makan siang, biasanya dia bakal ke halaman belakang, untuk nyiram tanaman. Nagi nanem banyak sekali jenis sayur sama buah, buah dan sayurnya Nagi cantik-cantik dan segar semua, memang dasarnya dia anak pertanian dulunya, jadi tau mana pupuk yang bagus mana yang engga, teknik mana yg bagus untuk tanamannya dan nggak.

Dia juga punya kebun bunga di halaman depan, loh. Nagi ini memang doyan berkebun, jadi Rin kadang suka ngasih uang belanja lebih buat Nagi, supanya dia bisa beli apa yang dibutuhin untuk tanaman dan buah-buahnya Nagi.

Kalau sudah sore Nagi sudah masuk rumah, siap-siap masak Hamburger steak pesanan Rin tadi pagi. Habis selesai masak dan nata piring di meja makan, dia langsung bergegas mandi. Soalnya biasanya Rin selalu sampai rumah beberapa menit setelah Nagi selesai masak, gak sering tapi juga gak jarang ya sesuai sama jadwal kerja Rin aja.

Dan bener, selang beberapa detik dia baru selesai pakai baju, suara mesin mobil Rin sudah terdengar memasuki pekarangan rumah mereka. Nagi buru-buru ke pintu untuk nyambut Rin.

krecak

“Hi, love.” Ucap Rin saat dia ngeliat pasangan hidupnya udah nungguin dia di depan pintu masuk. Nagi tersenyum kemudian mengecup pipi Rin sebelum mengambil tas kerja suaminya.

“Malem mas, kamu mandi gih air mandinya sudah aku siapin, habis itu baru makan malam.” Ujar Nagi. Rin mengangguk patuh kemudian berjalan kearah kamar mereka ber-dua.

Nagi sudah duluan duduk di meja makan, dia main handphone sambil nungguin suaminya, ya sembari membunuh waktu aja. Setelah Rin selesai mandi, mereka segera makan malam, setelah selesai mereka segera membereskan piring kemudian ke kamar buat tidur lh bng.


SUMPAH GAJE BGT NARASINYA WKWKWK

Cyno selalu suka bagaimana cara Haitham berbicara dan memperlakukannya. meski terkesan galak, itu tak melunturkan pesona indah seorang Al-Haitham.

Cyno selalu jatuh, jatuh, dan jatuh semakin dalam pada pesona seorang Al-Haitham. Kekaguman itu kemudian berkembang menjadi sebuah kata yang disebut setiap orang itu cinta.

Namun, Al-haitham tak memiliki perasaan lebih terhadap Cyno. Al-haitham hanya menganggap Cyno sebagai teman terbaiknya, yang harus ia lindungi setiap saat. Tapi, apakah Cyno bisa berbuat apa-apa? Tentu jawabannya adalah tidak, Ia lebih memilih memendam semua perasaan bodohnya itu sendirian, dan menikmati kesakitan dalam diam.

Ruang hampa yang ada di salah satu sudut hati Cyno adalah rumah terbaiknya untuk pulang.

Hatinya selalu berkedut sakit saat Al-haitham selalu membicarakan betapa manisnya Kaveh saat sedang marah jika ia tak sengaja menguncinya di luar.

Cyno hanya bisa tersenyum, dan mendengarkan Al-haitham membicarakan orang lain, tak peduli dengan hatinya yang sakit.

Lambat laun, Cyno semakin jatuh cinta terhadap Al-haitham. Sekarang ia sudah seharusnya melupakan perasaannya pada Al-haitham bukan?

Harusnya ia bisa melupakan perasaannya, saat tau Al-haitham sudah berhasil mendapatkan hati Kaveh.

Cyno marah, sangat marah pada dirinya sendiri. Mengapa ia tak pernah bisa melupakan seluruh perlakuan yang Al-haitham berikan kepada dirinya? Mengapa ia tak pernah bisa melupakan bagaimana jemari lembut itu menggenggam erat tangannya.

Ia tau, ia hanya menyakiti dirinya sendiri. Namun, ia tak berniat untuk berhenti mencintai Al-haitham.

Sampai pada suatu saat Al-haitham mengetahui perasaan Cyno, dan itu menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Pertemanannya hancur, begitupun dengan kisah cintanya. Habis terbakar oleh api amarah.

Saat itu, Cyno hanya bisa melihat punggung Al-haitham menjauh dari pandangan matanya. Ia salah, seharusnya ia tak pernah memendam rasa kepada teman terbaiknya, jika pada akhirnya itu akan menjadi kisah sedih nan menyakitkan bagi diri Cyno.

Sepertinya baru kemarin Cyno dan Al-haitham bercengkrama lewat telepon genggam saat jam 2 malam, berbicara selama dua jam dengan pembicaraan yang melalang buana mencari topik pembicaraan apa lagi yang akan nanti mereka bahas, hingga hanya sempat berbicara sekitar 2 menit hanya untuk sekedar bertukar kabar dan pada akhirnya, menjadi tidak bisa berbicara sama sekali terhadap satu sama lain.

End.

Sampai jadi debu. HaiKaveh Au.


Haitham, seandainya kamu tahu bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah suatu titipan semata, yang entah kapan harus pula Tuhan ambil kembali apa yang sudah ia titipkan di dunia ini. Aku harap, kau selalu bisa membuka lebar dan menerima dengan hati yang tulus ikhlas.

Banyak kata yang ingin 'ku sampaikan kepada langit dan hujan kala sore hari, ketika riak airnya hampir membasahi bagian bawah celanaku ketika berlari mengenakan payung, menghalau terpa air hujan yang hendak membasahi tubuhku.

Kamu masih ingat? Bagaimana kita menari dibawah hujan yang deras itu. Kamu tersenyum sangat lebar, kamu memeluk pinggangku dengan erat. Kamu mengatakan kata cinta beribu kali, kau seperti sedang membuat pengumuman gratis kepada alam dan semesta bahwa kamu-lah manusia yang paling bahagia di bumi ini.

Kau tahu, aku akan selalu ada dalam hatimu. Akan ku lawan dunia untukmu, selamanya sampai kita tua, sampai kita menjadi debu. Diliang yang satu, aku akan selalu di sampingmu.


Chapter 0 : Intermezo

Ajax Tartaglia, Orang yang selalu menjadi alasan Zhongli untuk terus bertahan hidup, orang yang menjadi alasan Zhongli untuk harus terbangun disetiap paginya, menjadi alasan dirinya untuk terus tetap bernafas. Sederhana, namun manis.

Tak pernah sekalipun seseorang, bahkan Venti yang notabene teman baik dari Zhongli, melihat ia menjadi seseorang yang hidup dan mempunyai alasan keras untuk tetap bernafas didunia ini.

Seorang Ajax Tartaglia, berhasil mengubah jalur hidup seorang Zhongli. Berhasil mengubahnya menjadi seseorang dengan pribadi yang lebih baik.

Senang. Namun, kebahagiaan pastinya tak selamanya ada. Kesedihan pun pasti turut hadir dalam hidup kita.

Zhongli ingin marah, namun, ia harus marah kepada siapa? Kepada sang dirgantara? Tidak bisa. Memangnya siapa Zhongli dihadapan sang dirgantara? Tidak, Zhongli bukan siapa siapa, ia tak berhak. Zhongli hanyalah manusia biasa, manusia biasa egois yang ingin mempertahankan sesuatu namun Zhongli kalah bersaing dengan sang buana.

Zhongli dan Ajax hanyalah manusia bodoh yang menjadi objek percobaan dari alam semesta, mereka tak segan-segan membuat mereka bahagia lalu jika mereka sudah mulai terlena dengan apa yang sang langit beri, tak segan-segan juga mengambil semua kebahagiaan itu.

Didunia ini, semuanya tiada yang adil, Zhongli. ㅡAjax.


Folded wish. ZhongChi Start!

Chapter 0 : Intermezo

Ajax Tartaglia, Orang yang selalu menjadi alasan Zhongli untuk terus bertahan hidup, orang yang menjadi alasan Zhongli untuk harus terbangun disetiap paginya, menjadi alasan dirinya untuk terus tetap bernafas. Sederhana, namun manis.

Tak pernah sekalipun seseorang, bahkan Venti yang notabene teman baik dari Zhongli, melihat ia menjadi seseorang yang hidup dan mempunyai alasan keras untuk tetap bernafas didunia ini.

Seorang Ajax Tartaglia, berhasil mengubah jalur hidup seorang Zhongli. Berhasil mengubahnya menjadi seseorang dengan pribadi yang lebih baik.

Senang. Namun, kebahagiaan pastinya tak selamanya ada. Kesedihan pun pasti turut hadir dalam hidup kita.

Zhongli ingin marah, namun, ia harus marah kepada siapa? Kepada sang dirgantara? Tidak bisa. Memangnya siapa Zhongli dihadapan sang dirgantara? Tidak, Zhongli bukan siapa siapa, ia tak berhak. Zhongli hanyalah manusia biasa, manusia biasa egois yang ingin mempertahankan sesuatu namun Zhongli kalah bersaing dengan sang buana.

Zhongli dan Ajax hanyalah manusia bodoh yang menjadi objek percobaan dari alam semesta, mereka tak segan-segan membuat mereka bahagia lalu jika mereka sudah mulai terlena dengan apa yang sang langit beri, tak segan-segan juga mengambil semua kebahagiaan itu.

Didunia ini, semuanya tiada yang adil, Zhongli. ㅡAjax.

______________________

Folded wish. ZhongChi Start!

Dialog 1; Dia yang patah dan bertumbuh dari luka.


“Manusia memang seharusnya diciptakan untuk saling bertumbuh dan menoreh luka.”


Sudah sekitar 2 tahun Itto melepas kepergian Ayato, tapi senyum manis yang selalu bersama dengan oni merah itu tak kunjung tampak, rautnya hanya menggambarkan kedukaan dan ketidak relaan yang amat mendalam.

Selama 2 tahun itu pula, Itto selalu menunggu Ayato di dermaga berharap kasihnya akan pulang.

“Itto, ayo kita kembali ke Kamisato estate hari sudah mulai malam dan sebentar lagi turun hujan, kau tak mungkin terus berada di sini.” Ujar Thoma. Itto hanya menggeleng, menolak ajakan dari sahabat baiknya ia tidak mau kemana-mana, ia takut jika Itto meninggalkan tempatnya Ayato akan kembali dan tak sempat bertemu dengannya.

“Ayo dong to, kamu belum makan sedari pagi nanti kamu sakit lho.” Tambah Thoma.

Namun bukan Itto namanya jika egonya tidak besar, ia tetap enggan dan menolak ajakan dari Thoma. Biar saja dirinya sakit, biar saja jikalau dia mati, asalkan dia bisa bertemu dengan Ayato, fikirnya.

“Tidak, aku tidak mau, jika kamu mau kembali ke Estate silahkan saja. Yang terpenting aku tak akan pernah sekalipun melangkahkan kakiku 'tuk pergi dari dermaga ini. Karna aku sudah berjanji, aku akan terus menunggu Aniki di sini sampai ia kembali.” Kata Itto final.

Thoma kini hanya bisa membuang nafas berat, seharusnya ia tahu tabiat seorang Itto yang jika ia sudah membuat janji dengan seseorang ia tak akan pernah mengingkarinya.

“Ya sudah kalau itu mau-mu, aku akan kembali sendiri. Tapi kalau ada apa-apa jangan ragu untuk menghubungiku, ya.” Kata Thoma sebelum dirinya berbalik dan meninggalkan Itto.

“Nn..”

Kini semuanya menjadi sepi, hanya ada suara burung camar dan deburan ombak yang menemani sepinya pelabuhan di Rintou. Seluruh aktivitas sudah terhenti saat matahari sudah tak memunculkan semburat jingga di penghujung hari.

“Aniki, kapan aniki kembali. Aku sudah lelah selama 2 tahun ini aku terus menunggumu di dermaga, tapi aku tak tahu kapan kamu akan kembali. Aku sudah lelah terus menerus menghitung bintang di langit, menghitung detik demi detik, tapi aku seperti sia-sia menunggumu disini.”

Itto menghela nafas panjang, matanya kembali berkaca-kaca. Dinginnya angin malam membuatnya memeluk erat dirinya sendiri.

“Padahal niatnya aku ingin membelikanmu boba untuk menyambut kepulanganmu, aku selalu duduk menunggu di dermaga ini sambil membawa plastik kecil yg berisi minuman favoritmu itu seperti orang tolol. Tapi dihari yang aku tunggu-tunggu, aku malah mendengar bahkan bukan berita kepulanganmu, melainkan berita kehilangan dirimu.” Itto menghapus setitik air mata yang entah kapan mengalir.

“Aniki, dunia itu ternyata pahit ya? Selama ini yang aku tau hanyalah dunia itu indah, manis karna ada kehadiranmu. Tetapi, setelah kamu meninggalkanku aku jadi tahu apa arti dari dunia yang sesungguhnya. Kamu dengan janji manismu itu selalu menjadi satu-satunya alasanku bertahan di dunia ini. Lalu sekarang kamu pergi, apa yang harus aku pegang dan pertahankan lagi untuk terus hidup di dunia ini?”

Ia berdiri, melangkahkan kakinya menuju keperbatasan darat dan lautan, fikirannya penuh akan kata perintah yang mendorongnya untuk segera terjun ke laut dan dengan itu ia bisa dengan cepat bertemu dengan Ayato. Tapi hatinya terus berkata tidak.

Ia bingung, haruskah ia mengikuti kata hatinya? Atau haruskah ia mengikuti fikirannya? Semua itu terus berputar-putar di kepalanya, membuat ia pusing setengah mati.

“Hah sudahlah, semoga kamu tenang ya Aniki. Aku selalu merindukanmu, tenang saja aku takkan berlama-lama bersedih. Karna manusia harus belajar dari luka dan terus bertumbuh, bukan?”


TBC. Huha gaje bgt pasti:(

Dialog 1; Dia yang patah dan bertumbuh dari luka.


“Manusia memang seharusnya diciptakan untuk saling bertumbuh, menoreh luka dan mengikhlaskan.”


Sudah sekitar 2 tahun Itto melepas kepergian Ayato, tapi senyum manis yang selalu bersama dengan oni merah itu tak kunjung tampak, rautnya hanya menggambarkan kedukaan dan ketidak relaan yang amat mendalam.

Selama 2 tahun itu pula, Itto selalu menunggu Ayato di dermaga berharap kasihnya akan pulang.

“Itto, ayo kita kembali ke Kamisato estate hari sudah mulai malam dan sebentar lagi turun hujan, kau tak mungkin terus berada di sini.” Ujar Thoma. Itto hanya menggeleng, menolak ajakan dari sahabat baiknya ia tidak mau kemana-mana, ia takut jika Itto meninggalkan tempatnya Ayato akan kembali dan tak sempat bertemu dengannya.

“Ayo dong to, kamu belum makan sedari pagi nanti kamu sakit lho.” Tambah Thoma.

Namun bukan Itto namanya jika egonya tidak besar, ia tetap enggan dan menolak ajakan dari Thoma. Biar saja dirinya sakit, biar saja jikalau dia mati, asalkan dia bisa bertemu dengan Ayato, fikirnya.

“Tidak, aku tidak mau, jika kamu mau kembali ke Estate silahkan saja. Yang terpenting aku tak akan pernah sekalipun melangkahkan kakiku 'tuk pergi dari dermaga ini. Karna aku sudah berjanji, aku akan terus menunggu Aniki di sini sampai ia kembali.” Kata Itto final.

Thoma kini hanya bisa membuang nafas berat, seharusnya ia tahu tabiat seorang Itto yang jika ia sudah membuat janji dengan seseorang ia tak akan pernah mengingkarinya.

“Ya sudah kalau itu mau-mu, aku akan kembali sendiri. Tapi kalau ada apa-apa jangan ragu untuk menghubungiku, ya.” Kata Thoma sebelum dirinya berbalik dan meninggalkan Itto.

“Nn..”

Kini semuanya menjadi sepi, hanya ada suara burung camar dan deburan ombak yang menemani sepinya pelabuhan di Rintou. Seluruh aktivitas sudah terhenti saat matahari sudah tak memunculkan semburat jingga di penghujung hari.

“Aniki, kapan aniki kembali. Aku sudah lelah selama 2 tahun ini aku terus menunggumu di dermaga, tapi aku tak tahu kapan kamu akan kembali. Aku sudah lelah terus menerus menghitung bintang di langit, menghitung detik demi detik, tapi aku seperti sia-sia menunggumu disini.”

Itto menghela nafas panjang, matanya kembali berkaca-kaca. Dinginnya angin malam membuatnya memeluk erat dirinya sendiri.

“Padahal niatnya aku ingin membelikanmu boba untuk menyambut kepulanganmu, aku selalu duduk menunggu di dermaga ini sambil membawa plastik kecil yg berisi minuman favoritmu itu. Tapi dihari yang aku tunggu-tunggu, aku malah mendengar bahkan bukan kepulangan, melainkan berita kehilangan dirimu.” Itto menghapus setitik air mata yang entah kapan mengalir.

“Aniki, dunia itu ternyata pahit ya? Selama ini yang aku tau hanyalah dunia itu indah, manis karna ada kehadiranmu. Tetapi, setelah kamu meninggalkanku aku jadi tahu apa arti dari dunia yang sesungguhnya. Kamu dengan janji manismu itu selalu menjadi satu-satunya alasanku bertahan di dunia ini. Lalu sekarang kamu pergi, apa yang harus aku pegang dan pertahankan lagi untuk terus hidup di dunia ini?”

Ia berdiri, melangkahkan kakinya menuju keperbatasan darat dan lautan, fikirannya penuh akan kata perintah yang mendorongnya untuk segera terjun ke laut dan dengan itu ia bisa dengan cepat bertemu dengan Ayato.


End. Huha gaje bgt pasti:(

Dialog 1; Dia yang patah dan bertumbuh dari luka.


“Manusia memang seharusnya diciptakan untuk saling bertumbuh, menoreh luka dan mengikhlaskan.”


Sudah sekitar 2 tahun Itto melepas kepergian Ayato, tapi senyum manis yang selalu bersama dengan oni merah itu tak kunjung tampak, rautnya hanya menggambarkan kedukaan dan ketidak relaan yang amat mendalam.

Selama 2 tahun itu pula, Itto selalu menunggu Ayato di dermaga, berharap kasihnya akan pulang.

“Itto, ayo kita kembali ke Kamisato estate, hari sudah mulai malam dan sebentar lagi turun hujan, kau tak mungkin terus berada di sini.” Ujar Thoma. Itto hanya menggeleng, menolak ajakan dari sahabat baiknya ia tidak mau kemana-mana, ia takut jika Itto meninggalkan tempatnya Ayato akan kembali dan tak sempat bertemu dengannya.

“Ayo dong to, kamu belum makan sedari pagi, nanti kamu sakit lho.” Tambah Thoma.

Namun bukan Itto namanya jika egonya tidak besar, ia tetap enggan dan menolak ajakan dari Thoma, biar saja dirinya sakit, biar saja jikalau dia mati, asalkan dia bisa bertemu dengan Ayato, fikirnya.

“Tidak, aku tidak mau, jika kamu mau kembali ke Estate silahkan saja. Yang terpenting aku tak akan pernah sekalipun melangkahkan kakiku 'tuk pergi dari dermaga ini. Karna aku sudah berjanji, aku akan terus menunggu Aniki di sini sampai ia kembali.” Kata Itto final.

Thoma kini hanya bisa membuang nafas berat, seharusnya ia tahu tabiat seorang Itto yang jika ia sudah membuat janji dengan seseorang, ia tak akan pernah mengingkarinya.

“Ya sudah kalau itu mau-mu, aku akan kembali sendiri. Tapi kalau ada apa-apa jangan ragu untuk menghubungiku, ya.” Kata Thoma sebelum dirinya berbalik dan meninggalkan Itto.

“Nn..”

Kini semuanya menjadi sepi, hanya ada suara burung camar dan deburan ombak yang menemani sepinya pelabuhan di Rintou. Seluruh aktivitas sudah terhenti saat matahari sudah tak memunculkan semburat jingga di penghujung hari.

“Aniki, kapan aniki kembali. Aku sudah lelah selama 2 tahun ini aku terus menunggumu di dermaga ini, tapi aku tak tahu kapan kamu akan kembali. Aku sudah lelah terus menerus menghitung bintang di langit, menghitung detik demi detik, tapi aku seperti sia-sia menunggumu disini.”

Itto menghela nafas panjang, matanya kembali berkaca-kaca. Dinginnya angin malam membuatnya memeluk erat dirinya sendiri.

“Padahal niatnya aku ingin membelikanmu boba untuk menyambut kepulanganmu, aku selalu duduk menunggu di dermaga ini sambil membawa plastik kecil yg berisi minuman favoritmu, tapi hari itu yang ku dengar bahkan bukan kepulangan, melainkan berita kehilangan dirimu.” Itto menghapus setitik air mata yang entah kapan mengalir.

“Aniki, dunia itu ternyata pahit ya? Selama ini yang aku tau hanyalah dunia itu indah, manis karna ada kehadiranmu. Tetapi, setelah kamu meninggalkanku aku jadi tahu apa arti dari dunia yang sesungguhnya. Nyatanya manusia memang diciptakan untuk saling bertumbuh, menoreh luka dan mengikhlaskan.”


End. Huha gaje bgt pasti:(

Dialog 1; Dia yang patah dan bertumbuh dari luka.


“Manusia memang seharusnya diciptakan untuk saling bertumbuh, menoreh luka dan mengikhlaskan.”


Sudah sekitar 2 tahun Itto melepas kepergian Ayato, tapi senyum manis yang selalu bersama dengan oni merah itu tak kunjung tampak, rautnya hanya menggambarkan kedukaan dan ketidak relaan yang amat mendalam.

Selama 2 tahun itu pula, Itto selalu menunggu Ayato di dermaga, berharap kasihnya akan pulang.

“Itto, ayo kita kembali ke Kamisato estate, hari sudah mulai malam dan sebentar lagi turun hujan, kau tak mungkin terus berada di sini.” Ujar Thoma. Itto hanya menggeleng, menolak ajakan dari sahabat baiknya ia tidak mau kemana-mana, ia takut jika Itto meninggalkan tempatnya Ayato akan kembali dan tak sempat bertemu dengannya.

“Ayo dong to, kamu belum makan sedari pagi, nanti kamu sakit lho.” Tambah Thoma.

Namun bukan Itto namanya jika egonya tidak besar, ia tetap enggan dan menolak ajakan dari Thoma, biar saja dirinya sakit, biar saja jikalau dia mati, asalkan dia bisa bertemu dengan Ayato, fikirnya.

“Tidak, aku tidak mau, jika kamu mau kembali ke Estate silahkan saja. Yang terpenting aku tak akan pernah sekalipun melangkahkan kakiku 'tuk pergi sedari dermaga ini. Karna aku sudah berjanji, aku akan terus menunggu Aniki di dermaga sampai ia kembali.” Kata Itto final.

Thoma kini hanya bisa membuang nafas berat, seharusnya ia tahu tabiat seorang Itto yang jika ia sudah membuat janji dengan seseorang, ia tak akan pernah mengingkarinya.

“Ya sudah kalau itu mau-mu, aku akan kembali sendiri. Tapi kalau ada apa-apa jangan ragu untuk menghubungiku, ya.” Kata Thoma sebelum dirinya berbalik dan meninggalkan Itto.

“Nn..”

Kini semuanya menjadi sepi,

Bab 1.

—Biar aku perkenalkan, dia adalah lelaki yang hatinya patah. Dari keajaiban yang ada di dunia ini. Dia adalah salah satu ciptaan paling sempurna untuk meninggalkan luka.


Di sinilah Toge, memandang lurus kedepan melihat hamparan padang rumput dengan pandangan kosong. Tangannya meremas erat liontin yang ada cincinnya itu, entahlah rasanya sangat sakit jika melihatnya lebih lama.

Tempat ini tempat pertama kali ia dan Yuuta memadu kasih, tempat ini pula yang menjadi saksi bisu bagaimana Toge merasakan patah hatinya yang pertama, karna di sini lah tempat pertama dan terakhir untuk Yuuta dan Toge. Miris memang,