Dialog 1; Dia yang patah dan bertumbuh dari luka.
“Manusia memang seharusnya diciptakan untuk saling bertumbuh, menoreh luka dan mengikhlaskan.”
Sudah sekitar 2 tahun Itto melepas kepergian Ayato, tapi senyum manis yang selalu bersama dengan oni merah itu tak kunjung tampak, rautnya hanya menggambarkan kedukaan dan ketidak relaan yang amat mendalam.
Selama 2 tahun itu pula, Itto selalu menunggu Ayato di dermaga, berharap kasihnya akan pulang.
“Itto, ayo kita kembali ke Kamisato estate, hari sudah mulai malam dan sebentar lagi turun hujan, kau tak mungkin terus berada di sini.” Ujar Thoma. Itto hanya menggeleng, menolak ajakan dari sahabat baiknya ia tidak mau kemana-mana, ia takut jika Itto meninggalkan tempatnya Ayato akan kembali dan tak sempat bertemu dengannya.
“Ayo dong to, kamu belum makan sedari pagi, nanti kamu sakit lho.” Tambah Thoma.
Namun bukan Itto namanya jika egonya tidak besar, ia tetap enggan dan menolak ajakan dari Thoma, biar saja dirinya sakit, biar saja jikalau dia mati, asalkan dia bisa bertemu dengan Ayato, fikirnya.
“Tidak, aku tidak mau, jika kamu mau kembali ke Estate silahkan saja. Yang terpenting aku tak akan pernah sekalipun melangkahkan kakiku 'tuk pergi sedari dermaga ini. Karna aku sudah berjanji, aku akan terus menunggu Aniki di dermaga sampai ia kembali.” Kata Itto final.
Thoma kini hanya bisa membuang nafas berat, seharusnya ia tahu tabiat seorang Itto yang jika ia sudah membuat janji dengan seseorang, ia tak akan pernah mengingkarinya.
“Ya sudah kalau itu mau-mu, aku akan kembali sendiri. Tapi kalau ada apa-apa jangan ragu untuk menghubungiku, ya.” Kata Thoma sebelum dirinya berbalik dan meninggalkan Itto.
“Nn..”
Kini semuanya menjadi sepi,