Elegi

Mandi hujan dan bubur ayam

Di Sore hari Bentala merasa bosan, hari ini ia tidak pergi ke universitas karna memang sedang tidak ada jadwal kuliah, sedangkan Bumantara ada kelas sore ini. Bentala memperhatikan rintikan hujan yang mulai deras turun dari angkasa lewat jendela kamarnya.

“Aku ingin sekali mandi hujan” monolognya sendiri, ia ingin sekali berlari kearah hujan dan bermain dibawah rintiknya.

“Tapi, sama Kak Bumantara dilarang katanya nanti sakit” Bentala menjadi sangat bimbang, disatu sisi ia ingin sekali bermai hujan, tapi disatu sisi ia harus nurut dengan apa yang dikatakan oleh Bumantara.

Bentala resah, setelah perdebatan panjang dalam batinnya. Akhirnya ia memutuskan untuk bermain hujan saja, Bentala bermain hujan bersama anak pemilik kost setelah diizinkan.

Mereka bermain dengan riang, mulai dari kejar kejaran sampai tiduran di aspal depan rumah kost. Mereka tertawa lepas, dibawah rinai hujan yang terus menerus membasahi bumi.

Kurang lebih 1 jam setengah Bentala bermain hujan, akhirnya ia menyerah dan memilih kembali naik ke atas tempat dimana kostnya berada dan kemudian mandi. Anak Pemilik kostnya masih bermain bersama temannya, jadi Bentala tak perlu khawatir.

Setelah selesai mandi, Bentala mulai bersin bersin ringan agak mengigil setelahnya. Dengan cepat ia memakai minyak telon ke badannya guna menghangatkan, tubuhnya yang hampir mengigil.

Ac kamar dinaikkan guna mencegah Bentala semakin kedinginan, seketika ia menyesal kenapa harus bermandi hujan. Bisa bisa, ia kena marah oleh Bumantara.

Jam 17.00 Bumantara sampai kost.

Bumantara melihat sedikit aneh ke arah kamar mereka berdua, biasanya jam segini Bentala sedang mengerjakan tugas, tapi mengapa kamarnya kini gelap gulita?

Perlahan Bumantara membuka knop pintu, dan netranya langsung melihat sebuah gundukan selimut besar. Bumantara terkekeh ringan, dan kemudian melangkahkan kakinya menuju dimana Bentala menggulung dirinya di bawah selimut.

“Eh? Bentala kamu kenapa?” Ujar Bumantara panik, masalahnya Bumantara kaget melihat Bentala sudah mengigil dibawah selimut dengan hidung dan wajah yang merah.

“Astaga panas banget” Ujar Bumantara, Bentala merengek kemudian mengambil alih selimut yang masih dipegang oleh Bumantara lantaran ia masih mengigil dibawah selimut itu.

“Huhu kakak panas” Rengek Bentala.

“Kamu habis mandi hujan ya?” Tanya Bumantara, dan mendapat anggukan polos dari Bentala.

“Yaampun, kan sudah kakak bilang jangan bermain hujan Bentala” Bentala yang di ceramahi hanya bisa memasang muka melas, karna sangking tidak kuatnya ia untuk berbicara lagi.

Bumantara membuang nafas kasar, dengan segera ia menaruh tasnya dan mengambil handuk. Ia ingin mandi kemudian membelikan bubur ayam dan obat untuk bentala.

“Kamu nanti tunggu sebentar disini ya Tala, aku mau beli Bubur ayam dan obat untukmu” Bentala mengangguk saja mendengarnya.

Sekitar 20 menit, Bumantara telah selesai dengan acara mandi dan berpakaiannya, dengan segera ia berjalan kearah pintu setelah mengambil kunci motor dan segera membeli Bubur agar ia tidak kelamaan meninggalkan Bentala dirumah Kost an sendiri.

Bentala menunggu Bumantara dengan sabar, karna kepalanya sangat pusing sekali. Ia ingin ada yang dipeluk, kalau guling tidak enak katanya.

“Kangen kak Bumantara”

Entah memang Bumantara mendengar dumelan Bentala atau bagaimana, Bumantara sudah datang tepat 15 menit setelah kepergiaannya dari Kost tersebut.

“Ayo Tala makan dulu, baru habis itu tidur ya?” Ujar Bumantara setelah membuka plastik bubur nya. Kemudian mendekat kearah Bentala dengan sendok dan semangkuk bubur ayam.

“Aaah~~” Bumantara menyuruh bentala membuka mulutnya agar bubur yang ingin dia suapkan masuk kedalam mulut Bentala, pahit. Rasa Bentala.

“Ugh pahit” Bumantara menghembuskan nafas, dan kembali menyuapi Bentala.

“Ayo makan dahulu mangkanya, biar cepat selesai dan minum obat lalu habis itu tidur” Bentala menerima kembali suapan dari Bumantara dan mengunyah dengan susah payah karna hanya ada pahit yang dia rasakan sekarang.

Setelah beberapa suap, akhirnya Bentala menyerah karna lidahnya sudah tak kuat lagi menerima rasa pahit tersebut. Kemudian Bumantara mengambil obatnya, dan segera kasih obat tersebut ke Bentala.

“Nih minum dulu obatnya, setelah itu tidur” Bentala mengangguk dan dengan segera meminum obatnya.

“Huhu pahit banget”

“Mangkanya kalau nggak mau minum obat jangan nakal, nakal sih sudah aku kasih tahu jangan bermain hujan malah bermain hujan. Sudah ayo tidur” ajak Bumantara sambil menelusupkan badannya kedalam selimut.

“Peluk” rengek Bentala, Bumantara terkekeh kemudian memeluk badan Bentala. Bentala yang dipeluk kemudian mulai menyamankan dirinya dipelukan Bumantara, dan tak lama kemudian ia jatuh tidur.

“Selamat tidur Bentala, selamat malam mimpi indah. Cepat sembuh” Bumantara mengecup singkat dahi Bentala, sebelum ia menyusul Bentala bertemu mimpi.

Pagi hari, Jam 8.00. Kost.

“Bentala, tolong izinkan Kakak kepada Dosen hari ini” ujar Bumantara dengan suara serak khas bangun tidur.

Bentala yang sedang merapihkan bukunya, melihat kearah Bumantara dengan pandangan sendu, dan menghampiri Bumantara yang sedang tiduran di kasur.

“Maaf ya kak, karna aku kakak jadi gantian yang sakit” ujar Bentala, Bumantara tersenyum kemudian mengusap pipi Bentala halus.

“Tak apa, sudah sana Kuliah. Hati hati dijalan ya” Ujar Bumantara, Bentala mengangguk kemudian segera berdiri.

Tetapi tangannya di tarik oleh Bumantara, dan alangkah terkejutnya Bentala tat kala bibir Bumantara menyapa permukaan bibirnya.

Halus. Itu yang berada difikiran Bentala pertama kali.

Wajah Bentala seketika menjadi merah tomat, ia segera melepaskan cengkraman tangan Bumantara dan berlari kearah pintu.

“Sudah ah, aku pergi dadah Kak Bumantara semoga lekas sembuh” ucap Bentala.

Bumantara hanya bisa terkekeh kecil melihat kepergian Bentala yang malu malu setelah ia cium.

Bakso bakar dan Wedang Ronde.

Terlihat seseorang bertubuh kurus tinggi duduk Sendiri dipujasera Kampus. Melihat orang berlalu lalang didepannya dengan pandangan kosong, sembari memainkan rubik yang berada ditangannya, terlihat sesekali membenarkan kacamatanya yang turun.

Namanya adalah Bentala Aditya, mahasiswa Sastra Bahasa Indonesia semester 5. Seorang anti-sosial yang menutup dirinya rapat rapat dari semua orang, Kecuali,

“Bentala! Hei kok ngelamun?” Ujar seseorang yang baru saja datang, kemudian mengagetkan Bentala yang sedang asyik bermain rubik.

“Kak Bumantara mengagetkan'ku tau. Aku sedang bermain rubik, tidak sedan melamun” ujar Bentala dengan bahasa Baku ciri khasnya.

Bumantara tersenyum, mengusak rambut Bentala dengan gemas. Ah Bentala sangat lucu dimata Bumantra.

Ah ya, Bentala hanya dekat dengan Bumantara. Kakak tingkatnya di Perkuliahan, Nama lengkapnya adalah Bumantara Aarav.

“Haha, aku minta maaf ya. Sudahlah ayo kita pulang” ajak Bumantara yang dihadiahi anggukan antusias oleh Bentala.

Bentala menaruh rubik kesayangannya didalam tasnya, kemudian mengikuti langkah Bumantara kearah parkiran kampus.

“Nih helmmu” Bumantara menyodorkan Helm putih bergambar Hello Kitty kesayangan Bentala. Dengan cekatan ia memakai Helmnya, dan naik ke motor saat sudah melihat Bumantara naik keatas.

Ia ingin segera pulang ke Kostnya, dan memeluk Bumantara sekencang kencangnya. Selama siang itu tidak ada hal spesial yang dilakukan keduanya. Hanya berbaring dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen mereka saja.

Sore hari, Jam 15.00.

“Tala” panggil Bumantara memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

Tala, adalah nama panggilan Bumantara yang diberikan hanya untuk Bentala.

“Ya kak?” Jawab Bentala

“Ayo kita makan Bakso Bakar yuk” ajak Bumantara, Bentala berfikir sejanak. Kemudian mengangguk setuju, karna ia juga lapar.

Akhirnya mereka segera bergegas pergi ke Bakso bakar trowulan, yang selalu menjadi langganan mereka berdua, sebelum hari semakin malam dan ramai.

Duduk dibangku paling belakang, setelah memesan Bakso mereka segera Bumantara mengambil es teh manis kesukaan mereka berdua.

Zrashhhh

Tiba tiba hujan turun dengan deras disertai angin kencang, untung saja tadi Bumantara membawa mobil kesini. Karna sudah ada firasat bahwa Langit akan memuntahkan hujan disore hari yang indah ini.

“Kak, untung tadi kita naik Mobil haha” ujar Bentala yang diangguki oleh Bumantara. Setelah itu, Mereka sedikit berbincang tentang apa yang mereka alami di kampus hari ini.

Banyak cerita terlontar dari mereka berdua, sesekali tertawa karna lelucon yang dilontarkan Bumantara. Menghangatkan sekitar mereka, yang dingin akibat hujan deras.

Lama menunggu, 2 Porsi bakso bakar mereka akhirnya sampai. Setelah berdoa, Bentala segera melahap bakso bakarnya lantaran sudah kepalang lapar.

Bumantara yang melihat itu hanya tersenyum tipis, sembari terus memperhatikan Bentala makan.

“Pelan-pelan saja Tala, ditiup dulu. Bakso bakarnya nggak bakal kemana mana juga kok, lihat kan sampai belepotan gini” Ujar Bumantara sembari membersihkan ujung bibir Bentala, Bentala tersenyum kikuk sambil memperlambat tempo makannya.

“Kakak kita lagi diluar” Ujar Bentala, dan kemudian ia makan sambil memastikan tidak ada lagi saus yang menempel di wajahnya.

“Memangnya kenapa?” Tanya Bumantara. Bentala melihat jengah kearah Bumantara, lelaki didepannya ini sangat keras kepala. Bagaimana jika orang orang tau hubungan mereka berdua.

“Nanti kita ketauan” bisik Bentala yang dihadiahi tatapan malas oleh Bumantara.

“Biarkan saja” jawabnya cuek.

Sehabis makan, Mereka memesan wedang ronde untuk menghangatkan tubuh mereka. Mereka menghabiskan waktu disana, sampai Hujan sudah tidak turun membasahi Bumi. Setelahnya baru mereka pulang kembali ke Kost.

[🌏]

Namanya adalah Bentala Aditya, sesosok lelaki manis rupawan dengan tubuh tinggi proposional yang mempunyau makna Bumi dan Sang Surya diarti namanya. Sosok lelaki yang periang dan lugu, mampu menutupi sisi kelam dikehidupannya. Lelaki yang hampir tak mengenal warna dikehidupannya, sebelum aku datang memberikan warna baru dihidupnya.

Bentala Aditya, kau akan selalu berada di Hatiku.

ㅡBumantra Aarav.

ㅡMendarah.

𝙖𝙙𝙖 𝙝𝙖𝙩𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 '𝙠𝙪 𝙟𝙖𝙜𝙖, 𝙣𝙖𝙢𝙖𝙢𝙪 𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖. 𝘿𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙙𝙞𝙖𝙢𝙠𝙖𝙣 '𝙠𝙪 𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙧𝙖𝙝

Hongjoong bingung, kembali kemasalalu atau berfokus saja kepada masa depannya?

Melirik kembali kebelakang, atau maju teratur dengan masa depannya?

Seperti halnya ia harus memilih, haruskah ia masih mencintai Mingi sang mantan kekasihnya? Atau menjaga hati Seonghwa yang kelak akan menyandang status sebagai Suaminya kelak?

Haruskah Hongjoong egois? Haruskah Hongjoong membangkang terhadap keluarganya? Dan lebih memilih menikmati waktunya bersama seseorang yang memang benar benar ia cintai?

Haruskah Hongjoong kembali kepada Mingi, dan Meninggalkan Seonghwa? Segala fikiran, pertanyaan pernyataan hingap di kepala Hongjoong.

Ataukah malah ia harus menyerah akan keduanya?

Hongjoong tak tahu menahu, tapi sesuatu yang ada di hati Hongjoong mengatakan jangan menyerah, perjuangkan terus apa yang ingi engkau perjuangkan.

Kemudian lepaslah, apa yang tak ingin kau genggam lagi.

Dan itu yang membuat Hongjoong bingung.

Apa haruskah ia menjaga hati Seonghwa, tetapi ia masih membawa nama Mingi dihati dan kesehariannya?

Childe kira, Zhongli adalah rumahnya. Rumah dimana dia bisa “Pulang” dan merasakan kehangatan, rumah dimana yang bisa merasakan kebahagiaan, rumah dimana Childe bisa beristirahat dari kelelahan yang sudah ia pikul selama ini. Childe kira Zhongli juga menganggapnya sebagai Rumahnya.

Tapi Childe keliru, Zhongli hanya menjadikan dia sebagai tempat Persingahan sementara. Tanpa enggan untuk menetap.

Seberapa jauhpun Childe melangkah, menggapai angannya bersama Zhongli. Tetap saja dia takkan bisa, mereka berada dijalan yang berbeda.

ㅡSup buntut dikala hujan, dirumah.

𝑻𝒐𝒌𝒕𝒐𝒌

Jongho yang sudah tau dan mendengar ketukan dari pintu depan rumahnya segera bangkit dengan keadaan gontai, karna kepalanya masih pusing efek tadi siang ia meminum kopi amerikano.

Pintu terbuka dan mendapati Yeosang berdiri disana, dengan tangan kanannya menenteng sekantung sup dan juga ada minyak telon bayi di genggamannya.

“Ayo kak masuk” ajak Jongho, Yeosang mengangguk kemudian masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Jongho yang melihatnya berdingik, karna ia tahu sekali sifat pacarnya itu jika sedang marah.

Yeosang kemudian menaruh sekantung sup buntut bikinan mamanya di meja makan, Jongho hanya mengikuti pergerakan sang kekasih tanpa ada niat untuk menginterupsi. Yeosang kemudian mengambil mangkuk dari rak piring kemudian dengan segera memindahkan sup tersebut kedalam mangkuk.

“Dimakan, habiskan” ujar Yeosang singkat kemudian ia berjalan kembali kedapur, ingin membuang sampah mungkin, Jongho mengangguk kemudian segera melahap sup buntut yang Yeosang bawa.

Yeosang kembali ke Ruang makan dengan segelas Air hangat yang ada di tangan, terlihat dari uap yang mengebul tipis dari gelas. Dia tak membawa obat karna dia tahu, Jongho benci Obat. Kemudian menaruhnya di depan Jongho.

“Nanti sehabis makan, langsung balurkan minyak telon ini ya” ujar Yeosang, Jongho sekali lagi mengangguk mentaati. Kemudian hanya ada hening dan detingan alat makan yang tak disengaja oleh Jongho.

Sampai akhirnya hujan turun, Jongho semangat sekali disela makan. Karna ia sangat suka sekali hujan, ia berharap bisa mandi hujan sekarang tapi tentu saja Yeosang tak akan mau mengizinkan. Sudah sakit nanti tambah sakit. Merepotkan.

“Kak, Jongho sudah selesai” ujar Jongo, Yeosang mengangguk kemudian mengambil mangkuk yang sudah kosong itu.

“Jangan lupa, pakai minyak telonmu kemudian minum air hangatnya” ujar Yeosang, Jongho mengangguk patuh dan kemudian melaksanakan perintah sang Kekasih.

_______

Yeosang dan Jongho sekarang tengah berada dikamar Jongho, mereka sedang menonton TV sambil cuddle. Hehe. Hujan, terus nonton adalah salah satu kesukaan mereka xixixi.

“Kak udahan dong ngambeknya” ujar Jongho, Yeosang masih bergeming. Jongho sedih.

“Iih kakak ma-” ucapan Jongho terpotong tat kala bibir halus Yeosang mendarat sempurna di bibir merah cherry Jongho.

“Berisik kamu tuh, udh nonton aja” ujar Yeosang acuh, tak menghiraukan jika wajah sang kekasih telah semerah warna rambutnya sendiri.

End.

ㅡSup buntut dikala hujan, dirumah.

𝑻𝒐𝒌𝒕𝒐𝒌

Jongho yang sudah tau dan mendengar ketukan dari pintu depan rumahnya segera bangkit dengan keadaan gontai, karna kepalanya masih pusing efek tadi siang ia meminum kopi amerikano.

Pintu terbuka dan mendapati Yeosang berdiri disana, dengan tangan kanannya menenteng sekantung sup dan juga ada minyak telon bayi di genggamannya.

“Ayo kak masuk” ajak Jongho, Yeosang mengangguk kemudian masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Jongho yang melihatnya berdingik, karna ia tahu sekali sifat pacarnya itu jika sedang marah.

Yeosang kemudian menaruh sekantung sup buntut bikinan mamanya di meja makan, Jongho hanya mengikuti pergerakan sang kekasih tanpa ada niat untuk menginterupsi. Yeosang kemudian mengambil mangkuk dari rak piring kemudian dengan segera memindahkan sup tersebut kedalam mangkuk.

“Dimakan, habiskan” ujar Yeosang singkat kemudian ia berjalan kembali kedapur, ingin membuang sampah mungkin, Jongho mengangguk kemudian segera melahap sup buntut yang Yeosang bawa.

Yeosang kembali ke Ruang makan dengan segelas Air hangat yang ada di tangan, terlihat dari uap yang mengebul tipis dari gelas. Kemudian menaruhnya di depan Jongho.

“Nanti sehabis makan, langsung balurkan minyak telon ini ya” ujar Yeosang, Jongho sekali lagi mengangguk mentaati. Kemudian hanya ada hening dan detingan alat makan yang tak disengaja oleh Jongho.

Sampai akhirnya hujan turun, Jongho semangat sekali disela makan. Karna ia sangat suka sekali hujan, ia berharap bisa mandi hujan sekarang tapi tentu saja Yeosang tak akan mau mengizinkan. Sudah sakit nanti tambah sakit. Merepotkan.

“Kak, Jongho sudah selesai” ujar Jongo, Yeosang mengangguk kemudian mengambil mangkuk yang sudah kosong itu.

“Jangan lupa, pakai minyak telonmu kemudian minum air hangatnya” ujar Yeosang, Jongho mengangguk patuh dan kemudian melaksanakan perintah sang Kekasih.

_______

Yeosang dan Jongho sekarang tengah berada dikamar Jongho, mereka sedang menonton TV sambil cuddle. Hehe. Hujan, terus nonton adalah salah satu kesukaan mereka xixixi.

“Kak udahan dong ngambeknya” ujar Jongho, Yeosang masih bergeming. Jongho sedih.

“Iih kakak ma-” ucapan Jongho terpotong tat kala bibir halus Yeosang mendarat sempurna di bibir merah cherry Jongho.

“Berisik kamu tuh, udh nonton aja” ujar Yeosang acuh, tak menghiraukan jika wajah sang kekasih telah semerah warna rambutnya sendiri.

End.

ㅡSiapa yang harus disalahkan? Kita, Tuhan, atau semesta yang mempertemukan?

San sekarang tengah berada di tempat yang betul-betul sangat ia tahu dan kenal. Ya rumah Yunho, didepannya telah ada Yunho dengan raut wajah penuh penyesalan.

“Maafkan aku” ujar Yunho lirih. San tersenyum, dan menggeleng.

“Jangan meminta maaf yun, itu membuatku makin sakit” ujar San dengan lirih, ekor mata Yunho menangkap ekspresi kecewa yang sangat ditekan untuk tidak keluar oleh orang yang dia cintai ini.

Dia sangat bodoh ya?

“Ayo kita berpisah” ucapan lembut namun tegas yang keluar dari bibir indah San seperti menusuk paksa jantung Yunho dan memaksanya untuk berhenti.

“Kamu yakin?” Yunho bertanya meyakinkan, San mengangguk dengan tegas.

“Ya, aku yakin Jeong Yunho” ucap San lagi, tapi kali ini nadanya sedikit tersirat kesedihan.

Yunho tersenyum kemudian mengusap Surai hitam legam kesukaannya, ah-rambutnya sangat halus Yunho suka itu. Tapi ia sadar, ia tidak akan merasakan kelembutan surai hitam legam kesukaannya lagi.

“Baiklah jika itu maunya San, kita berpisah. Terimakasih atas 4 tahun yang sudah kita lewati bersama, terimakasih telah hadir di hidupku mewarnai hariku atas hadirmu disisiku. Terimakasih, dan Maaf”

Yunho tidak tahu bahwa, pelukan yang ia berikan merupakan pelukan terakhir, yang tidak Yunho sangka.

Jogja dimalam hari.

San menatap keluar jendela, melihat betapa gemerlapnya kota Sleman dimalam hari dari atas balkon rumahnya.

San terus berlarut dalam fikirannya sampai sampai tidak mengetahui bahwa Yunho sudah berada di rumahnya sejak tadi.

“Pssstt San” ujar Yunho dari bawah, sambil membunyikan bel sepedanya. San kemudian tersadar, dan dengan cepat ia berlari turun ke bawah menemui Yunho. Dibawah, Yunho memberikan helm sepeda kepada San. Yunho bilang antisipasi, katanya.

“Sudah siap untuk mengelilingi kota Jogja dimalam hari?” Ujar Yunho, San mengangguk kemudian Yunho menjalankan sepedanya.

Ya mereka mengelilingi separuh kota jogja menggunakan sepeda, mulai dari makan soto kudus didekat alun alun jogja, hingga mereka mencoba memainkan yang jika kamu bisa melewati ke 2 pohon bringin maka semua keinginanmu dikabulkan. Haha.

Setelah puas bermain, mereka kembali mengelilingi kota jogja. Mencari gudeg kesukaan mereka, tak lupa secangkir kopi jos menemani malam mereka di angkringan gudeg Yu Djum Wijilan 167.

“Nanti mau kemana lagi?” Tanya Yunho, San terlihat berfikir.

“Emm ke bukit bintang mau?” Yunho terlihat berfikir, sekarang pukul 20.00 malam. Bisa saja sih.

“Boleh, nanti kita kerumahku mengambil motor. Kita langsung kesana” ujar Yunho yang disambut pekikan senang San. Kemudian mereka makan, gudeg yang telah mereka pesan. Tak lupa mereka memfotonya kemudian di post diInstagram.

__________

Mereka tengah berjalan menuju Bukit bintang yang berada di daerah gunung kidul. Jauh dari Sleman? Lumayan, hanya 1 jam 26 menit. Lalu apakah Yunho mengeluh? Sama sekali tidak, ia malah senang.

Diperjalanan mereka bercanda ria, tak jarang Yunho melemparkan candaan meski ada yang kurang lucu, tapi San suka. San mengeratkan pelukannya pada Yunho, sehingga tak terasa mereka ingin sampai disana.

Sesampainya di bukit bintang, mereka segera naik ke atas bukit. Berdiri di kayu pembatas, dan kemudian memejamkan mata sesaat. Membiarkan kulit mereka disapu oleh dinginnya angin malam yang sangat dingin, sehingga membuat siapa saja kedinginan.

Tapi, bagi mereka tidak. Ada rasa nyaman dan aman yang mereka rasakan. Bepergangan tangan, sambil menyenderkan kepala.

“San” panggil Yunho, San dengan cepat menengok ke arah Yunho

“Ada apa yun?” Tanya San, tetapi Yunho tidak menjawab. Ia malah mengeluarkan sesuatu dari kantung jaket tebalnya itu, kemudian membuka isinya.

San terkejud melihat nya, bagaimana tidak? Disana ada sepasang cincin yang indah. San, sedang tidak bermimpi kan?

“San, aku ingin mengubah kita lagi. Yang tadinya hanya ada kamu dan aku, aku ingin sekarang yang ada hanya ada kita dalam konteks yang berbeda. Aku ingin selamanya terus berada bersamamu, dalam untung dan malangku. Dalam sakit dan sembuhku. Aku ingin menjadi orang yang pertama melihatmu tertidur dan jadi orang pertama pula yang melihatmu terbangun di pagi hari”

“Aku ingin menghabiskan sisa hidupku hanya bersamamu, membesarkan anak anak kita dengan penuh kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan. Aku ingin selalu ada disisimu. Choi San, biarkan aku Jeong Yunho mengambil engkau sebagai suamiku. Aku ingin menikah dengan mu San, mengubah nama depanmu menjadi nama depanku. So-” ucapan Yunho terhenti tat kala dia berlutut didepan San. Ingin tahu keadaan dia? berbisik sekarang dia tengah terdiam hihi.

“Choi San, will you marry me?” Tanya Yunho, San dengan tanpa basa basi lagi mengangguk tanda menerima lamaran yang tak terduga dari sang kekasih.

“I love you Jeong Yunho”

“I love you too Jeong San”

The end.

ㅡSebuah aksara kalbu.

Teruntuk tuan, yang sangat dirindukan oleh puan. Banyak kata yang ingin puan sampaikan kepada Tuan, namun sangat susah untuk Puan utarakan.

Puan tau, sekarang Tuan sedang bersama puan yang lain. Mencari secercah kebahagiaan, lewat satu sama lain. Tapi, taukan Tuan? Puan disini sedang menangis.

Karna Puan itu lebih bisa membuat Tuan lebih bahagia. Tuan, apakah Tuan mengizinkan Puan untuk pergi? Tuan bisa lebih bahagia bersama Puan itu. Ya?

Tuan, terimakasih karna pernah hadir di kehidupan Puan. Puan senang bisa mengenal Tuan, semoga Tuan lebih bahagia bersama dia.

Selamat tinggal Tuan yang kusayang.

-♡