Elegi

Childe kira, Zhongli adalah rumahnya. Rumah dimana dia bisa “Pulang” dan merasakan kehangatan, rumah dimana yang bisa merasakan kebahagiaan, rumah dimana Childe bisa beristirahat dari kelelahan yang sudah ia pikul selama ini. Childe kira Zhongli juga menganggapnya sebagai Rumahnya.

Tapi Childe keliru, Zhongli hanya menjadikan dia sebagai tempat Persingahan sementara. Tanpa enggan untuk menetap.

Seberapa jauhpun Childe melangkah, menggapai angannya bersama Zhongli. Tetap saja dia takkan bisa, mereka berada dijalan yang berbeda.

ㅡSup buntut dikala hujan, dirumah.

𝑻𝒐𝒌𝒕𝒐𝒌

Jongho yang sudah tau dan mendengar ketukan dari pintu depan rumahnya segera bangkit dengan keadaan gontai, karna kepalanya masih pusing efek tadi siang ia meminum kopi amerikano.

Pintu terbuka dan mendapati Yeosang berdiri disana, dengan tangan kanannya menenteng sekantung sup dan juga ada minyak telon bayi di genggamannya.

“Ayo kak masuk” ajak Jongho, Yeosang mengangguk kemudian masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Jongho yang melihatnya berdingik, karna ia tahu sekali sifat pacarnya itu jika sedang marah.

Yeosang kemudian menaruh sekantung sup buntut bikinan mamanya di meja makan, Jongho hanya mengikuti pergerakan sang kekasih tanpa ada niat untuk menginterupsi. Yeosang kemudian mengambil mangkuk dari rak piring kemudian dengan segera memindahkan sup tersebut kedalam mangkuk.

“Dimakan, habiskan” ujar Yeosang singkat kemudian ia berjalan kembali kedapur, ingin membuang sampah mungkin, Jongho mengangguk kemudian segera melahap sup buntut yang Yeosang bawa.

Yeosang kembali ke Ruang makan dengan segelas Air hangat yang ada di tangan, terlihat dari uap yang mengebul tipis dari gelas. Dia tak membawa obat karna dia tahu, Jongho benci Obat. Kemudian menaruhnya di depan Jongho.

“Nanti sehabis makan, langsung balurkan minyak telon ini ya” ujar Yeosang, Jongho sekali lagi mengangguk mentaati. Kemudian hanya ada hening dan detingan alat makan yang tak disengaja oleh Jongho.

Sampai akhirnya hujan turun, Jongho semangat sekali disela makan. Karna ia sangat suka sekali hujan, ia berharap bisa mandi hujan sekarang tapi tentu saja Yeosang tak akan mau mengizinkan. Sudah sakit nanti tambah sakit. Merepotkan.

“Kak, Jongho sudah selesai” ujar Jongo, Yeosang mengangguk kemudian mengambil mangkuk yang sudah kosong itu.

“Jangan lupa, pakai minyak telonmu kemudian minum air hangatnya” ujar Yeosang, Jongho mengangguk patuh dan kemudian melaksanakan perintah sang Kekasih.

_______

Yeosang dan Jongho sekarang tengah berada dikamar Jongho, mereka sedang menonton TV sambil cuddle. Hehe. Hujan, terus nonton adalah salah satu kesukaan mereka xixixi.

“Kak udahan dong ngambeknya” ujar Jongho, Yeosang masih bergeming. Jongho sedih.

“Iih kakak ma-” ucapan Jongho terpotong tat kala bibir halus Yeosang mendarat sempurna di bibir merah cherry Jongho.

“Berisik kamu tuh, udh nonton aja” ujar Yeosang acuh, tak menghiraukan jika wajah sang kekasih telah semerah warna rambutnya sendiri.

End.

ㅡSup buntut dikala hujan, dirumah.

𝑻𝒐𝒌𝒕𝒐𝒌

Jongho yang sudah tau dan mendengar ketukan dari pintu depan rumahnya segera bangkit dengan keadaan gontai, karna kepalanya masih pusing efek tadi siang ia meminum kopi amerikano.

Pintu terbuka dan mendapati Yeosang berdiri disana, dengan tangan kanannya menenteng sekantung sup dan juga ada minyak telon bayi di genggamannya.

“Ayo kak masuk” ajak Jongho, Yeosang mengangguk kemudian masuk terlebih dahulu ke dalam rumah. Jongho yang melihatnya berdingik, karna ia tahu sekali sifat pacarnya itu jika sedang marah.

Yeosang kemudian menaruh sekantung sup buntut bikinan mamanya di meja makan, Jongho hanya mengikuti pergerakan sang kekasih tanpa ada niat untuk menginterupsi. Yeosang kemudian mengambil mangkuk dari rak piring kemudian dengan segera memindahkan sup tersebut kedalam mangkuk.

“Dimakan, habiskan” ujar Yeosang singkat kemudian ia berjalan kembali kedapur, ingin membuang sampah mungkin, Jongho mengangguk kemudian segera melahap sup buntut yang Yeosang bawa.

Yeosang kembali ke Ruang makan dengan segelas Air hangat yang ada di tangan, terlihat dari uap yang mengebul tipis dari gelas. Kemudian menaruhnya di depan Jongho.

“Nanti sehabis makan, langsung balurkan minyak telon ini ya” ujar Yeosang, Jongho sekali lagi mengangguk mentaati. Kemudian hanya ada hening dan detingan alat makan yang tak disengaja oleh Jongho.

Sampai akhirnya hujan turun, Jongho semangat sekali disela makan. Karna ia sangat suka sekali hujan, ia berharap bisa mandi hujan sekarang tapi tentu saja Yeosang tak akan mau mengizinkan. Sudah sakit nanti tambah sakit. Merepotkan.

“Kak, Jongho sudah selesai” ujar Jongo, Yeosang mengangguk kemudian mengambil mangkuk yang sudah kosong itu.

“Jangan lupa, pakai minyak telonmu kemudian minum air hangatnya” ujar Yeosang, Jongho mengangguk patuh dan kemudian melaksanakan perintah sang Kekasih.

_______

Yeosang dan Jongho sekarang tengah berada dikamar Jongho, mereka sedang menonton TV sambil cuddle. Hehe. Hujan, terus nonton adalah salah satu kesukaan mereka xixixi.

“Kak udahan dong ngambeknya” ujar Jongho, Yeosang masih bergeming. Jongho sedih.

“Iih kakak ma-” ucapan Jongho terpotong tat kala bibir halus Yeosang mendarat sempurna di bibir merah cherry Jongho.

“Berisik kamu tuh, udh nonton aja” ujar Yeosang acuh, tak menghiraukan jika wajah sang kekasih telah semerah warna rambutnya sendiri.

End.

ㅡSiapa yang harus disalahkan? Kita, Tuhan, atau semesta yang mempertemukan?

San sekarang tengah berada di tempat yang betul-betul sangat ia tahu dan kenal. Ya rumah Yunho, didepannya telah ada Yunho dengan raut wajah penuh penyesalan.

“Maafkan aku” ujar Yunho lirih. San tersenyum, dan menggeleng.

“Jangan meminta maaf yun, itu membuatku makin sakit” ujar San dengan lirih, ekor mata Yunho menangkap ekspresi kecewa yang sangat ditekan untuk tidak keluar oleh orang yang dia cintai ini.

Dia sangat bodoh ya?

“Ayo kita berpisah” ucapan lembut namun tegas yang keluar dari bibir indah San seperti menusuk paksa jantung Yunho dan memaksanya untuk berhenti.

“Kamu yakin?” Yunho bertanya meyakinkan, San mengangguk dengan tegas.

“Ya, aku yakin Jeong Yunho” ucap San lagi, tapi kali ini nadanya sedikit tersirat kesedihan.

Yunho tersenyum kemudian mengusap Surai hitam legam kesukaannya, ah-rambutnya sangat halus Yunho suka itu. Tapi ia sadar, ia tidak akan merasakan kelembutan surai hitam legam kesukaannya lagi.

“Baiklah jika itu maunya San, kita berpisah. Terimakasih atas 4 tahun yang sudah kita lewati bersama, terimakasih telah hadir di hidupku mewarnai hariku atas hadirmu disisiku. Terimakasih, dan Maaf”

Yunho tidak tahu bahwa, pelukan yang ia berikan merupakan pelukan terakhir, yang tidak Yunho sangka.

Jogja dimalam hari.

San menatap keluar jendela, melihat betapa gemerlapnya kota Sleman dimalam hari dari atas balkon rumahnya.

San terus berlarut dalam fikirannya sampai sampai tidak mengetahui bahwa Yunho sudah berada di rumahnya sejak tadi.

“Pssstt San” ujar Yunho dari bawah, sambil membunyikan bel sepedanya. San kemudian tersadar, dan dengan cepat ia berlari turun ke bawah menemui Yunho. Dibawah, Yunho memberikan helm sepeda kepada San. Yunho bilang antisipasi, katanya.

“Sudah siap untuk mengelilingi kota Jogja dimalam hari?” Ujar Yunho, San mengangguk kemudian Yunho menjalankan sepedanya.

Ya mereka mengelilingi separuh kota jogja menggunakan sepeda, mulai dari makan soto kudus didekat alun alun jogja, hingga mereka mencoba memainkan yang jika kamu bisa melewati ke 2 pohon bringin maka semua keinginanmu dikabulkan. Haha.

Setelah puas bermain, mereka kembali mengelilingi kota jogja. Mencari gudeg kesukaan mereka, tak lupa secangkir kopi jos menemani malam mereka di angkringan gudeg Yu Djum Wijilan 167.

“Nanti mau kemana lagi?” Tanya Yunho, San terlihat berfikir.

“Emm ke bukit bintang mau?” Yunho terlihat berfikir, sekarang pukul 20.00 malam. Bisa saja sih.

“Boleh, nanti kita kerumahku mengambil motor. Kita langsung kesana” ujar Yunho yang disambut pekikan senang San. Kemudian mereka makan, gudeg yang telah mereka pesan. Tak lupa mereka memfotonya kemudian di post diInstagram.

__________

Mereka tengah berjalan menuju Bukit bintang yang berada di daerah gunung kidul. Jauh dari Sleman? Lumayan, hanya 1 jam 26 menit. Lalu apakah Yunho mengeluh? Sama sekali tidak, ia malah senang.

Diperjalanan mereka bercanda ria, tak jarang Yunho melemparkan candaan meski ada yang kurang lucu, tapi San suka. San mengeratkan pelukannya pada Yunho, sehingga tak terasa mereka ingin sampai disana.

Sesampainya di bukit bintang, mereka segera naik ke atas bukit. Berdiri di kayu pembatas, dan kemudian memejamkan mata sesaat. Membiarkan kulit mereka disapu oleh dinginnya angin malam yang sangat dingin, sehingga membuat siapa saja kedinginan.

Tapi, bagi mereka tidak. Ada rasa nyaman dan aman yang mereka rasakan. Bepergangan tangan, sambil menyenderkan kepala.

“San” panggil Yunho, San dengan cepat menengok ke arah Yunho

“Ada apa yun?” Tanya San, tetapi Yunho tidak menjawab. Ia malah mengeluarkan sesuatu dari kantung jaket tebalnya itu, kemudian membuka isinya.

San terkejud melihat nya, bagaimana tidak? Disana ada sepasang cincin yang indah. San, sedang tidak bermimpi kan?

“San, aku ingin mengubah kita lagi. Yang tadinya hanya ada kamu dan aku, aku ingin sekarang yang ada hanya ada kita dalam konteks yang berbeda. Aku ingin selamanya terus berada bersamamu, dalam untung dan malangku. Dalam sakit dan sembuhku. Aku ingin menjadi orang yang pertama melihatmu tertidur dan jadi orang pertama pula yang melihatmu terbangun di pagi hari”

“Aku ingin menghabiskan sisa hidupku hanya bersamamu, membesarkan anak anak kita dengan penuh kasih sayang yang seharusnya mereka dapatkan. Aku ingin selalu ada disisimu. Choi San, biarkan aku Jeong Yunho mengambil engkau sebagai suamiku. Aku ingin menikah dengan mu San, mengubah nama depanmu menjadi nama depanku. So-” ucapan Yunho terhenti tat kala dia berlutut didepan San. Ingin tahu keadaan dia? berbisik sekarang dia tengah terdiam hihi.

“Choi San, will you marry me?” Tanya Yunho, San dengan tanpa basa basi lagi mengangguk tanda menerima lamaran yang tak terduga dari sang kekasih.

“I love you Jeong Yunho”

“I love you too Jeong San”

The end.

ㅡSebuah aksara kalbu.

Teruntuk tuan, yang sangat dirindukan oleh puan. Banyak kata yang ingin puan sampaikan kepada Tuan, namun sangat susah untuk Puan utarakan.

Puan tau, sekarang Tuan sedang bersama puan yang lain. Mencari secercah kebahagiaan, lewat satu sama lain. Tapi, taukan Tuan? Puan disini sedang menangis.

Karna Puan itu lebih bisa membuat Tuan lebih bahagia. Tuan, apakah Tuan mengizinkan Puan untuk pergi? Tuan bisa lebih bahagia bersama Puan itu. Ya?

Tuan, terimakasih karna pernah hadir di kehidupan Puan. Puan senang bisa mengenal Tuan, semoga Tuan lebih bahagia bersama dia.

Selamat tinggal Tuan yang kusayang.

-♡

ㅡSebuah aksara kalbu.

Teruntuk tuan, yang sangat dirindukan oleh puan. Banyak kata yang ingin puan sampaikan kepada Tuan, namun sangat susah untuk Puan utarakan.

Puan tau, sekarang Tuan sedang bersama puan yang lain. Mencari secercah kebahagiaan, lewat satu sama lain. Tapi, taukan Tuan? Puan disini sedang menangis.

Karna Puan itu lebih bisa membuat Tuan lebih bahagia. Tuan, apakah Tuan mengizinkan Puan untuk pergi? Tuan bisa lebih bahagia bersama Puan itu. Ya?

Tuan, terimakasih karna pernah hadir di kehidupan Puan. Puan senang bisa mengenal Tuan, semoga Tuan lebih bahagia bersama dia.

Selamat tinggal Tuan yang kusayang.

-♡

Berjalan pergi.

Jongho segera memasukkan ponselnya kemudian ia langsung segera bergegas menuju kuburan Yeosang.

Jongho sekarang sudah bodo amat dengan bajunya yang basah, dan banyak panggilan yang tak terjawab dari Kak San sang kakak. Dia harus memastikan semua ini!

Tiba tiba dari arah samping terdapat laju mobil yang cepat, reflex Jongho menjauh dengan cepat.

“Huh selamat” ucap jongho, kemudian ia langsung bergegas pergi ke kuburan Sang Kekasih.

“Hah hah” Jongho akhirnya sampai dimakam Yeosang, ia kemudian menatap tempat peristirahatan Sang kekasih dengan tatapan pilu.

“Jadi semua ini hanya delusi Jongho semata kak?” Ujarnya lirih

Tiba tiba, ia mendapatkan sebuah pesan lagi dari Ponselnya.

YeoJong Prompt AU.

Disebrang sana, disebrang lautan. Terdapat harapan dan cinta, yang mungkin tak pernah bisa di gapai. Ingin mencoba meraih, tetapi tak bisa jua.

Sekarang, hanya bisa bersabar dan terus menanti.