Elegi

Halaman tak berjudul.

“Hai, aku datang lagi untuk kesekian kalinya.”

Hongjoong berjongkok di depan pusara tempat dimana Jongho, sang kekasih hatinya kini beristirahat.

“Rupanya memang benar kau tak mau pulang, eh? Hahaha.” Hongjoong berkata miris, mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Jongho dengan tinta keemasan cantik yang menghiasi.

“Kau lebih suka rumah baru-mu ya? Tak apa, selagi kau nyaman aku tak mempermasalahkannya” meletakkan bunga Chrisyan putih kesukaan Jongho. Di sana, Hongjoong banyak bercerita tentang kesehariannya.

Dia berbicara seakan-akan Jongho berada di sana, mendengarkan semua celoteh-nya dan berharap dia mendapatkan balasan.

Namun, Nihil.

Hanya angin sore yang berhembus kencang, sebagai jawaban akan semua celotehnya.

“Bagaimana keadaanmu di sana? Apakah kau makan dengan teratur? Apa kau tak melupakan minummu?” Tanya Hongjoong.

Sunyi.

Hongjoong tersenyum gentir, betapa bodohnya dia. Berbicara kepada sebuah makam, yang hanya berbentuk gundukan tanah dan rumput yang menumbuhinya.

“Tak menjawab rupanya”

Hening. Terlalu hening.

Semilir angin yang sedari tadi menari menerbangkan surai hitam Hongjoong kini berhenti, seperti menandakan kalau mereka juga berduka.

“Kau tahu? Aku sudah hampir gila karna merindukanmu. Aku hampir putus asa kepada hidupku, dan berfikir jika aku ikut dengan mu pergi kesana adalah pilihan yang tepat. Namun, ada sebuah rasa yang jua tak ingin aku berbuat seperti itu. Aku harus bagaimana?”

Cairan bening perlahan menuruni pelupuk mata Hongjoong, air mata yang bisa berbicara bagaimana sakit hatinya yang entah telah berapa lama ia pendam sendiri.

Tiba-tiba saja Hongjoong berdiri, kemudian menghapus jejak air matanya.

“Kalau begitu aku pulang dulu, tetap jaga dirimu baik baik ya? Aku sayang kamu” Setelahnya, Hongjoong mulai berjalan kearah motornya kemudian meninggalkan areal pemakaman.

“Huh? Mengapa dia cepat sekali meninggalkan makam? Apakah dia tak tahu, bahwa aku merindukan dia?” Geram Jongho.

namun raut wajahnya berubah lagi menjadi sendu

“aku menjawab semua pertanyaanmu kak, hanya saja kau tak dapat mendengarku”

_

Halaman tak berjudul.

“Hai, aku datang lagi untuk kesekian kalinya.”

Hongjoong berjongkok di depan pusara tempat dimana Jongho, sang kekasih hatinya kini beristirahat.

“Rupanya memang benar kau tak mau pulang, eh? Hahaha.” Hongjoong berkata miris, mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Jongho dengan tinta keemasan cantik yang menghiasi.

“Kau lebih suka rumah baru-mu ya? Tak apa, selagi kau nyaman aku tak mempermasalahkannya” meletakkan bunga Chrisyan putih kesukaan Jongho. Di sana, Hongjoong banyak bercerita tentang kesehariannya.

Dia berbicara seakan-akan Jongho berada di sana, mendengarkan semua celoteh-nya dan berharap dia mendapatkan balasan.

Namun, Nihil.

Hanya angin sore yang berhembus kencang, sebagai jawaban akan semua celotehnya.

“Bagaimana keadaanmu di sana? Apakah kau makan dengan teratur? Apa kau tak melupakan minummu?” Tanya Hongjoong.

Sunyi.

Hongjoong tersenyum gentir, betapa bodohnya dia. Berbicara kepada sebuah makam, yang hanya berbentuk gundukan tanah dan rumput yang menumbuhinya.

“Tak menjawab rupanya”

Hening. Terlalu hening.

Semilir angin yang sedari tadi menari menerbangkan surai hitam Hongjoong kini berhenti, seperti menandakan kalau mereka juga berduka.

“Kau tahu? Aku sudah hampir gila karna merindukanmu. Aku hampir putus asa kepada hidupku, dan berfikir jika aku ikut dengan mu pergi kesana adalah pilihan yang tepat. Namun, ada sebuah rasa yang jua tak ingin aku berbuat seperti itu. Aku harus bagaimana?”

Cairan bening perlahan menuruni pelupuk mata Hongjoong, air mata yang bisa berbicara bagaimana sakit hatinya yang entah telah berapa lama ia pendam sendiri.

Tiba-tiba saja Hongjoong berdiri, kemudian menghapus jejak air matanya.

“Kalau begitu aku pulang dulu, tetap jaga dirimu baik baik ya? Aku sayang kamu” Setelahnya, Hongjoong mulai berjalan kearah motornya kemudian meninggalkan areal pemakaman.

——-

Tiga Pagi

“Yeosang, ayo kita pindah ke dalam saja. Di sini anginnya sudah mulai mendingin.” Jongho berujar. Yeosang melihat ke arah Jongho dengan senyuman pasi.

“Biarkan sedikit lagi aku menikmati semilir angin ini, Tuan. Saat aku mati nanti, aku tak dapat merasakan lagi angin malam yang membelai halus kulitku, Tuan.” Yeosang mengatakannya dengan lemah. Bak seorang bayi yang baru saja keluar dari rahim sang ibu.

Jongho mengangguk, meski ada rasa khawatir di dalam hatinya. Ia ingin sekali melihat tarikan simpul di bibir sang kekasih hati.

“Baiklah, aku beri 15 menit lagi. Apakah itu cukup?” Tanya Jongho, Yeosang segera mengangguk dengan senyum merekah menghiasi wajah indahnya.

15 menit berlalu

“Yeosang? Apakau sudahㅡ”

Perkataan Jongho terhenti, tatkala netranya melihat Yeosang tengah tertidur lelap di kursi rodanya dengan jaket tebal milik Jongho tersampir pada bahunya yang sempit.

Sedari tadi, Jongho meninggalkan Yeosang di taman karena dokter yang menangani Yeosang memanggilnya ke dalam rumah sakit. Dan ia baru hadir 15 menit kemudian.

Perlahan, Jongho mendekati Yeosang. Menggerakkan bahu Yeosang sedikit kencang, berharap sang kekasih hatinya bangun.

Namun, nihil yang didapat oleh Jongho.

Yeosang sang kekasih hatinya, telah pergi bersamaan dengan angin malam yang menghantarnya pulang menemui sang Pencipta.

Pukul tiga pagi itu, kedukaan hati Jongho bersua menangis atas kepergian sang kekasih hati.

mungkin pilu musti meranggas. Biar terlihat sakitnya oleh mata-mata dan tubuh yang takut akan mati. mungkin luka musti menganga biar terlihat sakitnya oleh angin malam yang suka mencumbui kaki gunung

Nabastala Eunoia Alvaro

Nama yang begitu indah, terukir apik dalam dinding hati ini, Mendapat tempat ter-istimewa dalam ruang cinta dan rindu. Selalu menjadi penarik senyum ketika seseorang meneriakkan namanya.

Selalu menjadi rumahku untuk terus pulang dan berlindung. Laki-laki yang sangat tahu, bagaimana caranya membangkitkan sejuta kupu-kupudalam perut dan paru-paruku.

Lelaki yang cerdas dalam menyisipkan setiap kata rindu dalam goresan tinta yang ia layangkan kepada buku jurnal hariannya. Lelaki bermulut manis, yang selalu saja membuatku ingin terus terjatuh dalam peluk hangatnya.

Mencari rumah.

Amerta Lintang Suralaya. Nama yang indah, namun memiliki arti yang sangat mendalam. Amerta tumbuh menjadi anak yang pendiam, dan tidak bisa berekspresi dengan baik. Mengutarakannya saja dia sangat buruk.

Amerta selalu berfikiran apatis tentang dunia yang sekarang ia pijak, Amerta selalu berfikir mengapa ia dilahirkan jika dia saja tidak bisa mendapatkan bahagia yang ia idam idamkan.

Amerta selalu sabar menanti, entah kapan gilirannya untuk mendapat 𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Laki laki bernama Kanigara Genta Shyam, lelaki yang mengubah sudut pandang Amerta dengan caranya yang unik.

Menarik Amerta dari sunyinya kehidupan, mendekap erat seerat bagaimana langit mendekap bumi.

Wedang Jahe di alun alun kota jogja.

Pukul 04:03 pagi.

Karsa terlihat masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya, mencatat semua yang diberikan oleh gurunya. Daring ini membuatnya seperti disuruh kerja rodi dari pagi hingga pagi lagi.

Drrtt ddrrrttt

Ponsel Karsa tiba-tiba berbunyi tanda ada seseorang yan menelfonnya, Karsa memberhentikan laju tangannya yang sedang menggoreskan tinta pulpen dikertasnya dan segera mengangkat telfon tersebut.

Saat ia melihat kontak yang berada diAtasnya, ia segera menjadi antusias.

kak Baswara is calling

Ah dari kak Baswara rupanya.

“Halo Karsa?” Setelah mengangkat telfonnya, terdengar suara berat menyapa gendang telinganya.

“Halo kak Baswara, selamat pagi” Ujar Karsa diselingi Kekehan singkat.

“Hahaha, kok belum tidur Sa?” Tanya Baswara diujung telfon. Karsa menghembuskan nafas berat, dan segera menjawab pertanyaan dari Baswara.

“Iya kak, masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Kakak juga kenapa belum tidur?” Tanya Karsa

“Aku tidak bisa tidur, mau jalan jalan ke Alun alun nggak Sa?” Tawar Baswara, Karsa yang mendengarnya menganggukkan kepalanya semangat meski Baswara tidak dapat melihatnya.

“Mau kak mau, ayo kita pergi kesana!! Karsa mau beli wedang jahe hehe” ujar Karsa yang ditanggapi kekehan singkat dari yang Tua.

“Yasudah siap siap sana, bentar lagi kakak kesana ya. Jangan lupa pakai jaket, kota Jogja lagi digin sekarang” ujar Baswara.

“Okay kak, see u ya” panggilan telfon tertutup, Karsa bergegas membereskan buku bukunya yang berantakan di meja belajar, setelah selesai ia segera meraih jaket, minyak kayu putih dan juga maskernya.

Sekitar 10 menit Karsa menunggu, akhirnya Baswara sampai dirumahnya. Tersengar dari deru mesin motor khas Kak Baswara. Karsa pergi pelan pelan melewati pintu depan, dan segera menghampiri Baswara yang sedang duduk di Jok motor.

“Lama nggak nunggunya?” Tanya Baswara yang dihadiahi gelengan dari yang muda.

“Nggak kok kak, udah yu berangkat. Aku ga sabar mau beli Wedang jahenya” ujar Karsa, Baswara terkekeh kemudian memakaikan Helm kekepala Karsa.

Setelah itu Karsa naik kemotor, dan mereka berduapun bergegas pergi ke Alun Alun.

Sesampainya di Alun Alun, Karsa segera turun dari motor dan menyerahkan Helmnya ke Baswara setelah itu ia langsung menuju ke stan Wedang Jahe langganan mereka berdua, sedangkan Baswara masih memarkirkan motornya, Setelah memesan untuk mereka berdua arsa segera mencari tempat duduk.

Alun alun jogja hanya diisi hanya oleh beberapa orang saja, karna memang masih terlalu pagi dan juga sekarang lagi pandemi.

Karsa melihat Baswara mendekat padanya dan duduk tepat disamping Karsa.

“Sudah dipesan Sa?” Tanya Baswara yang dihadiahi anggukan oleh Karsa.

Selagi menunggu wedang jahe mereka jadi, mereka berbicara ringan. Berbagai macam curhatan dari Karsa tentang sekolahnya di dengarkan dengan baik oleh Baswara, tak jarang pula Baswara menenangkan Karsa yang mulai menggebu gebu menceritakan tentang daringnya.

Wedang Jahe mereka akhirnya jadi, mereka akhirnya bisa meminum wedang jahenya. Karsa terlihat bersemangat sekali saat melihat Wedang jahenya telah sampai di tangannya.

“Akh panas” ujar Karsa yang mengundang perhatian dari yang lebih Tua.

“Karsa kalau minum ditiup dahulu, kan jadi bibirmu merah gitu” ujar Baswara khawatir, ia mengeluarkan tissue basah dari kantong jaketnya dan kemudian menotol-notolkannya ke bibir Karsa. (Fyi, aku soalnya pernah diginiin sama abangku mwehe)

Semburat berwarna merah jambu keluar dari pipi Karsa, Baswara sangat tampan jika dilihat sedari dekat seperti ini. Dan caranya memperlakukan Karsa membuat ia ingin terbang kelangit ke tujuh. Padahal hanya “mendinginkan” bibirnya dengan tissue basah.

“Apa sih kak haha, orang gapapa juga” ujar Karsa gugup, Baswara menghentikan kegiatannya dan melihat kearah Karsa.

“Serius gapapa?” Tanya Baswara, yang disambut senyum dan anggukan singkat dari Karsa

“Udah ayo habisin wedangnya keburu dingin” suruh Karsa, ia tak kuasa menahan malu jika dilihat lebih lama oleh Baswara.

Setelah selesai minum wedang jahenya, mereka berkeliling keliling disekitaran alun alun sembari menyatukan kedua tangan mereka, jalan bersebelahan dan dengan Karsa yang menempatkan kepalanya di pundak Baswara.

“Dingin nggak Sa? Kalau dingin kita pulang aja yuk? Daripada kamu sakit nanti” ujar Baswara sembari memegang pipi Karsa dengan sebelah tangannya yang tak memegang tangan Karsa.

“Engga kok kak, tapi ayo deh kita pulang aja. Masih ada 1 tugas lagi yang belum Karsa kerjain soalnya” Ujar Karsa yang diangguki oleh Baswara.

Akhirnya mereka dengan segera meninggalkan Alun alun, dan segera bergegas pulang kerumah.

Pukul 04:57 Rumah Karsa.

Karsa turun dari motor Baswara, ia menyerahkan Helm yang tadi ia pakai kepemilik aslinya. Karsa tidak segera masuk kerumahnya, dan Baswara juga tidak langsung pergi dari rumah Karsa.

Mereka ingin mengutarakan sesuatu, tapi mereka enggan mengucapkannya. Seperti menanti salah satu dari mereka berani berbicara terlebih dahulu.

“Terimakasih ya kak tadi jalan jalan subuhnya” ah, Karsa duluan ternyata.

“Iya sama sama, sudah sana masuk makin dingin hawanya” Ujar Baswara, Karsa mengangguk kemudian mengambil langkah memutar dan berjalan kerumahnya.

“Karsa tunggu” panggil Baswara lagi, Karsa segera menghentikan langkahnya kemudian berbalik kearah Baswara. Baswara menarik lembut tangan Karsa untuk lebih dekat kepadanya.

Tak Karsa duga dan kira, Baswara ternyata mencium kening Karsa tepat didepan rumahnya. Karsa terkejut atas perlakuan yang Baswara lakukan, ia tak bisa berkata kata. Pipinya menjadi menghangat bersemu merah, atas perlakuan Baswara.

“Selamat Pagi, Karsa Derana Aciel. Semangat sekolah Onlinenya hari ini, tugas yang satu lagi jangan lupa dikerjakan”ujar Baswara sembari tersenyum hangat, Karsa mengangguk malu.

“Selamat Pagi juga, Kak Baswara Raka Abian. Semangat juga Kuliah Onlinenya hari ini” Ujar Karsa kemudian mereka terkekeh bersama.

Entah siapa yang memulai duluan, kini mereka tengah berpelukan. Tak ada kata yang terucap dari salah satu mereka, mereka hanya ingin menyalurkan kehangatan yang ada didalam diri mereka. Menyalurkan kasih sayang kepada orang yang mereka cintai.

Karsa melepas pelukannya terlebih dahulu. Dan itu membuat Baswara juga melepaskan pelukannya.

“Udah ih sana kakak pulang udah jam 5 juga” ujar Karsa dengan suara kecil, Baswara tersenyum kemudian mengangguk dan sedikit mengusak rambut Karsa.

“Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya? Selamat pagi lagi, Karsa” ujar Baswara yang dihadiahi tawa dari Karsa.

“Hahaha iya kak Bas, hati hati ya? Selamat Pagi juga!” Ujar Karsa, Baswara mengangguk kemudian naik keatas motornya dan segera memakai helmnya.

“I love you, Karsa” ujar Baswara sebelum meninggalkan tempat kediaman Karsa.

Karsa lagi lagi memergoki pipinya bersemu merah, ia memegang pipinya sambil melihat Baswara dengan motornya yang berjalan menjauhi rumahnya. Tak sadar ia tersenyum sendiri.

“I love you too, kak Baswara” ujar Karsa sebelum ia memasuki rumah kediamannya.

ㅡEnd. Hah, mereka sangat manis.

Jakarta, 03 November 2020. Tertanda, Aksa.

Wedang Jahe di alun alun kota jogja.

Pukul 04:03 pagi.

Karsa terlihat masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya, mencatat semua yang diberikan oleh gurunya. Daring ini membuatnya seperti disuruh kerja rodi dari pagi hingga pagi lagi.

Drrtt ddrrrttt

Ponsel Karsa tiba-tiba berbunyi, Karsa memberhentikan laju tangannya yang sedang menggoreskan tinta pulpen dikertasnya dan segera mengangkat telfon.

Ah dari kak Baswara rupanya.

“Halo Karsa?” Ujar dengan nada berat di ujung telfon sana.

“Halo kak Baswara, selamat pagi” Ujar Karsa diselingi Kekehan singkat.

“Hahaha, kok belum tidur Sa?” Tanya Baswara diujung telfon. Karsa menghembuskan nafas berat, dan segera menjawab pertanyaan dari Baswara.

“Iya kak, masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Kakak juga kenapa belum tidur?” Tanya Karsa

“Aku tidak bisa tidur, mau jalan jalan ke Alun alun nggak Sa?” Tawar Baswara, Karsa yang mendengarnya menganggukkan kepalanya semangat meski Baswara tidak dapat melihatnya.

“Mau kak mau, ayo kita pergi kesana!! Karsa mau beli wedang jahe hehe” ujar Karsa yang ditanggapi kekehan singkat dari yang Tua.

“Yasudah siap siap sana, bentar lagi kakak kesana ya. Jangan lupa pakai jaket, kota Jogja lagi digin sekarang” ujar Baswara.

“Okay kak, see u ya” panggilan telfon tertutup, Karsa bergegas membereskan buku bukunya yang berantakan di meja belajar, setelah selesai ia segera meraih jaketnya dan juga Minyak kayu putih kebanggaannya.

Sekitar 10 menit Karsa menunggu, akhirnya Baswara sampai dirumahnya. Karsa pergi pelan pelan melewati pintu depan, dan segera menghampiri Baswara yang sedang duduk di Jok motor.

“Lama nggak nunggunya?” Tanya Baswara yang dihadiahi gelengan dari yang muda.

“Nggak kok kak, udah yu berangkat. Aku ga sabar mau beli Wedang jahenya” ujar Karsa, Baswara terkekeh kemudian memakaikan Helm kekepala Karsa.

Setelah itu Karsa naik kemotor, dan mereka berdua langsung pergi ke Alun Alun.

Sesampainya di Alun Alun, Karsa segera turun dari motor dan menyerahkan Helmnya ke Baswara setelah itu ia langsung menuju ke stan Wedang Jahe langganan mereka berdua. Setelah memesan untuk mereka berdua, Karsa segera mencari tempat duduk.

Alun alun jogja hanya diisi hanya oleh beberapa orang saja, karna memang masih terlalu pagi. Karsa melihat Baswara mendekat padanya dan duduk tepat disamping Karsa.

“Sudah dipesan Sa?” Tanya Baswara yang dihadiahi anggukan oleh Karsa.

Selagi menunggu wedang jahe mereka jadi, mereka berbicara ringan. Berbagai macam curhatan dari Karsa tentang sekolahnya di dengarkan dengan baik oleh Baswara, tak jarang pula Baswara menenangkan Karsa yang mulai menggebu gebu menceritakan tentang daringnya.

Wedang Jahe mereka akhirnya jadi, mereka akhirnya segera meminum wedang jahenya karna takut segera dingin.

“Akh panas” ujar Karsa yang mengundang perhatian dari yang lebih Tua.

“Karsa kalau minum ditiup dahulu, kan jadi bibirmu merah gitu” ujar Baswara khawatir, ia mengeluarkan tissue basah dari kantong jaketnya dan kemudian menotol-notolkannya ke bibir Karsa.

Semburat berwarna merah jambu keluar dari pipi Karsa, Baswara sangat tampan jika dilihat sedari dekat seperti ini. Dan caranya memperlakukan Karsa membuat ia ingin terbang kelangit ke tujuh.

“Apa sih kak haha, orang gapapa juga” ujar Karsa gugup, Baswara menghentikan kegiatannya dan melihat kearah Karsa.

“Serius gapapa?” Tanya Baswara, yang disambut senyum dan anggukan singkat dari Karsa

“Udah ayo habisin wedangnya keburu dingin” suruh Karsa, ia tak kuasa menahan malu jika dilihat lebih lama oleh Baswara.

Setelah selesai minum wedang jahenya, mereka berkeliling keliling disekitaran alun alun sembari menyatukan kedua tangan mereka, jalan bersebelahan dan dengan Karsa yang menempatkan kepalanya di pundak Baswara.

“Dingin nggak Sa? Kalau dingin kita pulang aja yuk? Daripada kamu sakit nanti” ujar Baswara sembari memegang pipi Karsa dengan sebelah tangannya yang tak memegang tangan Karsa.

“Engga kok kak, tapi ayo deh kita pulang aja. Masih ada 1 tugas lagi yang belum Karsa kerjain soalnya” Ujar Karsa yang diangguki oleh Baswara.

Akhirnya mereka dengan segera meninggalkan Alun alun, dan segera bergegas pulang kerumah.

Pukul 04:57 Rumah Karsa.

Karsa turun dari motor Baswara, ia menyerahkan Helm yang tadi ia pakai kepemilik aslinya. Karsa tidak segera masuk kerumahnya, dan Baswara juga tidak langsung pergi dari rumah Karsa.

Mereka ingin mengutarakan sesuatu, tapi mereka enggan mengucapkannya. Seperti menanti salah satu dari mereka berani berbicara terlebih dahulu.

“Terimakasih ya kak tadi jalan jalan subuhnya” ah, Karsa duluan ternyata.

“Iya sama sama, sudah sana masuk makin dingin hawanya” Ujar Baswara, Karsa mengangguk kemudian mengambil langkah memutar dan berjalan kerumahnya.

“Karsa tunggu” panggil Baswara lagi, Karsa segera menghentikan langkahnya kemudian berbalik kearah Baswara.

Tak Karsa duga dan kira, Baswara ternyata mencium kening Karsa tepat didepan rumahnya. Karsa terkejut atas perlakuan yang Baswara lakukan, ia tak bisa berkata kata. Pipinya menjadi menghangat bersemu merah, atas perlakuan Baswara.

“Selamat Pagi, Karsa Derana Aciel. Semangat sekolah Onlinenya hari ini”ujar Baswara sembari tersenyum hangat, Karsa mengangguk malu.

“Selamat Pagi juga, Kak Baswara Raka Abian. Semangat juga Kuliah Online hari ini” Ujar Karsa kemudian mereka terkekeh bersama.

Entah siapa yang memulai duluan, kini mereka tengah berpelukan. Tak ada kata yang terucap dari salah satu mereka, mereka hanya ingin menyalurkan kehangatan yang ada didalam diri mereka. Menyalurkan kasih sayang kepada seseorang yang mereka cintai.

Karsa melepas pelukannya terlebih dahulu. Dan itu membuat Baswara juga melepaskan pelukannya.

“Udah ih sana kakak pulang udah jam 5 juga” ujar Karsa dengan suara kecil, Baswara tersenyum kemudian mengangguk dan sedikit mengusak rambut Karsa.

“Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya? Selamat pagi, Karsa” ujar Baswara yang dihadiahi tawa dari Karsa.

“Hahaha iya kak Bas, hati hati ya? Selamat Pagi juga!” Ujar Karsa, Baswara mengangguk kemudian naik keatas motornya dan segera memakai helmnya.

“I love you, Karsa” ujar Baswara sebelum meninggalkan tempat kediaman Karsa.

Karsa lagi lagi memergoki pipinya bersemu merah, ia memegang pipinya sambil melihat Baswara dengan motornya yang berjalan menjauhi rumahnya. Tak sadar ia tersenyum sendiri.

“I love you too, kak Baswara” ujar Karsa sebelum ia memasuki rumah kediamannya.

The End. Hah, mereka sangat manis.

Jakarta, 03 November 2020. Aksa.

Wedang Jahe di alun alun kota jogja.

Pukul 04:03 pagi.

Karsa terlihat masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya, mencatat semua yang diberikan oleh gurunya. Daring ini membuatnya seperti disuruh kerja rodi dari pagi hingga pagi lagi.

Drrtt ddrrrttt

Ponsel Karsa tiba-tiba berbunyi, Karsa memberhentikan laju tangannya yang sedang menggoreskan tinta pulpen dikertasnya dan segera mengangkat telfon.

Ah dari kak Baswara rupanya.

“Halo Karsa?” Ujar dengan nada berat di ujung telfon sana.

“Halo kak Baswara, selamat pagi” Ujar Karsa diselingi Kekehan singkat.

“Hahaha, kok belum tidur Sa?” Tanya Baswara diujung telfon. Karsa menghembuskan nafas berat, dan segera menjawab pertanyaan dari Baswara.

“Iya kak, masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Kakak juga kenapa belum tidur?” Tanya Karsa

“Aku tidak bisa tidur, mau jalan jalan ke Alun alun nggak Sa?” Tawar Baswara, Karsa yang mendengarnya menganggukkan kepalanya semangat meski Baswara tidak dapat melihatnya.

“Mau kak mau, ayo kita pergi kesana!! Karsa mau beli wedang jahe hehe” ujar Karsa yang ditanggapi kekehan singkat dari yang Tua.

“Yasudah siap siap sana, bentar lagi kakak kesana ya. Jangan lupa pakai jaket, kota Jogja lagi digin sekarang” ujar Baswara.

“Okay kak, see u ya” panggilan telfon tertutup, Karsa bergegas membereskan buku bukunya yang berantakan di meja belajar, setelah selesai ia segera meraih jaketnya dan juga Minyak kayu putih kebanggaannya.

Sekitar 10 menit Karsa menunggu, akhirnya Baswara sampai dirumahnya. Karsa pergi pelan pelan melewati pintu depan, dan segera menghampiri Baswara yang sedang duduk di Jok motor.

“Lama nggak nunggunya?” Tanya Baswara yang dihadiahi gelengan dari yang muda.

“Nggak kok kak, udah yu berangkat. Aku ga sabar mau beli Wedang jahenya” ujar Karsa, Baswara terkekeh kemudian memakaikan Helm Karsa kekepalanya.

Setelah itu Karsa naik kemotor, dan mereka berdua langsung pergi ke Alun Alun.

Sesampainya di Alun Alun, Karsa segera turun dari motor dan menyerahkan Helmnya ke Baswara setelah itu ia langsung menuju ke stan Wedang Jahe langganan mereka berdua. Setelah memesan untuk mereka berdua, Karsa segera mencari tempat duduk.

Alun alun jogja hanya diisi hanya oleh beberapa orang saja, karna memang masih terlalu pagi. Karsa melihat Baswara mendekat padanya dan duduk tepat disamping Karsa.

“Sudah dipesan Sa?” Tanya Baswara yang dihadiahi anggukan oleh Karsa.

Selagi menunggu wedang jahe mereka jadi, mereka berbicara ringan. Berbagai macam curhatan dari Karsa tentang sekolahnya di dengarkan dengan baik oleh Baswara, tak jarang pula Baswara menenangkan Karsa yang mulai menggebu gebu menceritakan tentang daringnya.

Wedang Jahe mereka akhirnya jadi, mereka akhirnya segera meminum wedang jahenya karna takut segera dingin.

“Akh panas” ujar Karsa yang mengundang perhatian dari yang lebih Tua.

“Karsa kalau minum ditiup dahulu, kan jadi bibirmu merah gitu” ujar Baswara khawatir, ia mengeluarkan tissue basah dari kantong jaketnya dan kemudian menotol-notolkannya ke bibir Karsa.

Semburat berwarna merah jambu keluar dari pipi Karsa, Baswara sangat tampan jika dilihat sedari dekat seperti ini. Dan caranya memperlakukan Karsa membuat ia ingin terbang kelangit ke tujuh.

“Apa sih kak haha, orang gapapa juga” ujar Karsa gugup, Baswara menghentikan kegiatannya dan melihat kearah Karsa.

“Serius gapapa?” Tanya Baswara, yang disambut senyum dan anggukan singkat dari Karsa

“Udah ayo habisin wedangnya keburu dingin” suruh Karsa, ia tak kuasa menahan malu jika dilihat lebih lama oleh Baswara.

Setelah selesai minum wedang jahenya, mereka berkeliling keliling disekitaran alun alun sembari menyatukan kedua tangan mereka, jalan bersebelahan dan dengan Karsa yang menempatkan kepalanya di pundak Baswara.

“Dingin nggak Sa? Kalau dingin kita pulang aja yuk? Daripada kamu sakit nanti” ujar Baswara sembari memegang pipi Karsa dengan sebelah tangannya yang tak memegang tangan Karsa.

“Engga kok kak, tapi ayo deh kita pulang aja. Masih ada 1 tugas lagi yang belum Karsa kerjain soalnya” Ujar Karsa yang diangguki oleh Baswara.

Akhirnya mereka dengan segera meninggalkan Alun alun, dan segera bergegas pulang kerumah.

Pukul 04:57 Rumah Karsa.

Karsa turun dari motor Baswara, ia menyerahkan Helm yang tadi ia pakai kepemilik aslinya. Karsa tidak segera masuk kerumahnya, dan Baswara juga tidak langsung pergi dari rumah Karsa.

Mereka ingin mengutarakan sesuatu, tapi mereka enggan mengucapkannya. Seperti menanti salah satu dari mereka berani berbicara terlebih dahulu.

“Terimakasih ya kak tadi jalan jalan subuhnya” ah, Karsa duluan ternyata.

“Iya sama sama, sudah sana masuk makin dingin hawanya” Ujar Baswara, Karsa mengangguk kemudian mengambil langkah memutar dan berjalan kerumahnya.

“Karsa tunggu” panggil Baswara lagi, Karsa segera menghentikan langkahnya kemudian berbalik kearah Baswara.

Tak Karsa duga dan kira, Baswara ternyata mencium kening Karsa tepat didepan rumahnya. Karsa terkejut atas perlakuan yang Baswara lakukan, ia tak bisa berkata kata. Pipinya menjadi menghangat bersemu merah, atas perlakuan Baswara.

“Selamat Pagi, Karsa Derana Aciel. Semangat sekolah Onlinenya hari ini”ujar Baswara sembari tersenyum hangat, Karsa mengangguk malu.

“Selamat Pagi juga, Kak Baswara Raka Abian. Semangat juga Kuliah Online hari ini” Ujar Karsa kemudian mereka terkekeh bersama.

Entah siapa yang memulai duluan, kini mereka tengah berpelukan. Tak ada kata yang terucap dari salah satu mereka, mereka hanya ingin menyalurkan kehangatan yang ada didalam diri mereka. Menyalurkan kasih sayang kepada seseorang yang mereka cintai.

Karsa melepas pelukannya terlebih dahulu. Dan itu membuat Baswara juga melepaskan pelukannya.

“Udah ih sana kakak pulang udah jam 5 juga” ujar Karsa dengan suara kecil, Baswara tersenyum kemudian mengangguk dan sedikit mengusak rambut Karsa.

“Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya? Selamat pagi, Karsa” ujar Baswara yang dihadiahi tawa dari Karsa.

“Hahaha iya kak Bas, hati hati ya? Selamat Pagi juga!” Ujar Karsa, Baswara mengangguk kemudian naik keatas motornya dan segera memakai helmnya.

“I love you, Karsa” ujar Baswara sebelum meninggalkan tempat kediaman Karsa.

Karsa lagi lagi memergoki pipinya bersemu merah, ia memegang pipinya sambil melihat Baswara dengan motornya yang berjalan menjauhi rumahnya. Tak sadar ia tersenyum sendiri.

“I love you too, kak Baswara” ujar Karsa sebelum ia memasuki rumah kediamannya.

The End. Hah, mereka sangat manis.

Jakarta, 03 November 2020. Aksa.

Baswara Raka Abian.

3 kata yang selalu terngiang ngiang dikepala, membuat jantung hati tak tentu detaknya. Banyangan tentang helai rambut yang halus, kulit selembut sutra, namun tangannya dengan gagah melindungiku, cara ia menatap dan memperlakukanku, semuanya. Aku suka semua yang dia lakukan kepadaku.

Dari catatan Karsa Derana Aciel.

Baswara Raka Abian.

3 kata yang selalu terngiang ngiang dikepala, membuat jantung hati tak tentu detaknya. Banyangan tentang helai rambut yang halus, kulit selembut sutra, namun tangannya dengan gagah melindungiku, cara ia menatap dan memperlakukanku, semuanya. Aku suka semua yang dia lakukan kepadaku.

Catatan Karsa Derana Aciel.