Elegi

Mencari rumah.

Amerta Lintang Suralaya. Nama yang indah, namun memiliki arti yang sangat mendalam. Amerta tumbuh menjadi anak yang pendiam, dan tidak bisa berekspresi dengan baik. Mengutarakannya saja dia sangat buruk.

Amerta selalu berfikiran apatis tentang dunia yang sekarang ia pijak, Amerta selalu berfikir mengapa ia dilahirkan jika dia saja tidak bisa mendapatkan bahagia yang ia idam idamkan.

Amerta selalu sabar menanti, entah kapan gilirannya untuk mendapat 𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Laki laki bernama Kanigara Genta Shyam, lelaki yang mengubah sudut pandang Amerta dengan caranya yang unik.

Menarik Amerta dari sunyinya kehidupan, mendekap erat seerat bagaimana langit mendekap bumi.

Wedang Jahe di alun alun kota jogja.

Pukul 04:03 pagi.

Karsa terlihat masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya, mencatat semua yang diberikan oleh gurunya. Daring ini membuatnya seperti disuruh kerja rodi dari pagi hingga pagi lagi.

Drrtt ddrrrttt

Ponsel Karsa tiba-tiba berbunyi tanda ada seseorang yan menelfonnya, Karsa memberhentikan laju tangannya yang sedang menggoreskan tinta pulpen dikertasnya dan segera mengangkat telfon tersebut.

Saat ia melihat kontak yang berada diAtasnya, ia segera menjadi antusias.

kak Baswara is calling

Ah dari kak Baswara rupanya.

“Halo Karsa?” Setelah mengangkat telfonnya, terdengar suara berat menyapa gendang telinganya.

“Halo kak Baswara, selamat pagi” Ujar Karsa diselingi Kekehan singkat.

“Hahaha, kok belum tidur Sa?” Tanya Baswara diujung telfon. Karsa menghembuskan nafas berat, dan segera menjawab pertanyaan dari Baswara.

“Iya kak, masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Kakak juga kenapa belum tidur?” Tanya Karsa

“Aku tidak bisa tidur, mau jalan jalan ke Alun alun nggak Sa?” Tawar Baswara, Karsa yang mendengarnya menganggukkan kepalanya semangat meski Baswara tidak dapat melihatnya.

“Mau kak mau, ayo kita pergi kesana!! Karsa mau beli wedang jahe hehe” ujar Karsa yang ditanggapi kekehan singkat dari yang Tua.

“Yasudah siap siap sana, bentar lagi kakak kesana ya. Jangan lupa pakai jaket, kota Jogja lagi digin sekarang” ujar Baswara.

“Okay kak, see u ya” panggilan telfon tertutup, Karsa bergegas membereskan buku bukunya yang berantakan di meja belajar, setelah selesai ia segera meraih jaket, minyak kayu putih dan juga maskernya.

Sekitar 10 menit Karsa menunggu, akhirnya Baswara sampai dirumahnya. Tersengar dari deru mesin motor khas Kak Baswara. Karsa pergi pelan pelan melewati pintu depan, dan segera menghampiri Baswara yang sedang duduk di Jok motor.

“Lama nggak nunggunya?” Tanya Baswara yang dihadiahi gelengan dari yang muda.

“Nggak kok kak, udah yu berangkat. Aku ga sabar mau beli Wedang jahenya” ujar Karsa, Baswara terkekeh kemudian memakaikan Helm kekepala Karsa.

Setelah itu Karsa naik kemotor, dan mereka berduapun bergegas pergi ke Alun Alun.

Sesampainya di Alun Alun, Karsa segera turun dari motor dan menyerahkan Helmnya ke Baswara setelah itu ia langsung menuju ke stan Wedang Jahe langganan mereka berdua, sedangkan Baswara masih memarkirkan motornya, Setelah memesan untuk mereka berdua arsa segera mencari tempat duduk.

Alun alun jogja hanya diisi hanya oleh beberapa orang saja, karna memang masih terlalu pagi dan juga sekarang lagi pandemi.

Karsa melihat Baswara mendekat padanya dan duduk tepat disamping Karsa.

“Sudah dipesan Sa?” Tanya Baswara yang dihadiahi anggukan oleh Karsa.

Selagi menunggu wedang jahe mereka jadi, mereka berbicara ringan. Berbagai macam curhatan dari Karsa tentang sekolahnya di dengarkan dengan baik oleh Baswara, tak jarang pula Baswara menenangkan Karsa yang mulai menggebu gebu menceritakan tentang daringnya.

Wedang Jahe mereka akhirnya jadi, mereka akhirnya bisa meminum wedang jahenya. Karsa terlihat bersemangat sekali saat melihat Wedang jahenya telah sampai di tangannya.

“Akh panas” ujar Karsa yang mengundang perhatian dari yang lebih Tua.

“Karsa kalau minum ditiup dahulu, kan jadi bibirmu merah gitu” ujar Baswara khawatir, ia mengeluarkan tissue basah dari kantong jaketnya dan kemudian menotol-notolkannya ke bibir Karsa. (Fyi, aku soalnya pernah diginiin sama abangku mwehe)

Semburat berwarna merah jambu keluar dari pipi Karsa, Baswara sangat tampan jika dilihat sedari dekat seperti ini. Dan caranya memperlakukan Karsa membuat ia ingin terbang kelangit ke tujuh. Padahal hanya “mendinginkan” bibirnya dengan tissue basah.

“Apa sih kak haha, orang gapapa juga” ujar Karsa gugup, Baswara menghentikan kegiatannya dan melihat kearah Karsa.

“Serius gapapa?” Tanya Baswara, yang disambut senyum dan anggukan singkat dari Karsa

“Udah ayo habisin wedangnya keburu dingin” suruh Karsa, ia tak kuasa menahan malu jika dilihat lebih lama oleh Baswara.

Setelah selesai minum wedang jahenya, mereka berkeliling keliling disekitaran alun alun sembari menyatukan kedua tangan mereka, jalan bersebelahan dan dengan Karsa yang menempatkan kepalanya di pundak Baswara.

“Dingin nggak Sa? Kalau dingin kita pulang aja yuk? Daripada kamu sakit nanti” ujar Baswara sembari memegang pipi Karsa dengan sebelah tangannya yang tak memegang tangan Karsa.

“Engga kok kak, tapi ayo deh kita pulang aja. Masih ada 1 tugas lagi yang belum Karsa kerjain soalnya” Ujar Karsa yang diangguki oleh Baswara.

Akhirnya mereka dengan segera meninggalkan Alun alun, dan segera bergegas pulang kerumah.

Pukul 04:57 Rumah Karsa.

Karsa turun dari motor Baswara, ia menyerahkan Helm yang tadi ia pakai kepemilik aslinya. Karsa tidak segera masuk kerumahnya, dan Baswara juga tidak langsung pergi dari rumah Karsa.

Mereka ingin mengutarakan sesuatu, tapi mereka enggan mengucapkannya. Seperti menanti salah satu dari mereka berani berbicara terlebih dahulu.

“Terimakasih ya kak tadi jalan jalan subuhnya” ah, Karsa duluan ternyata.

“Iya sama sama, sudah sana masuk makin dingin hawanya” Ujar Baswara, Karsa mengangguk kemudian mengambil langkah memutar dan berjalan kerumahnya.

“Karsa tunggu” panggil Baswara lagi, Karsa segera menghentikan langkahnya kemudian berbalik kearah Baswara. Baswara menarik lembut tangan Karsa untuk lebih dekat kepadanya.

Tak Karsa duga dan kira, Baswara ternyata mencium kening Karsa tepat didepan rumahnya. Karsa terkejut atas perlakuan yang Baswara lakukan, ia tak bisa berkata kata. Pipinya menjadi menghangat bersemu merah, atas perlakuan Baswara.

“Selamat Pagi, Karsa Derana Aciel. Semangat sekolah Onlinenya hari ini, tugas yang satu lagi jangan lupa dikerjakan”ujar Baswara sembari tersenyum hangat, Karsa mengangguk malu.

“Selamat Pagi juga, Kak Baswara Raka Abian. Semangat juga Kuliah Onlinenya hari ini” Ujar Karsa kemudian mereka terkekeh bersama.

Entah siapa yang memulai duluan, kini mereka tengah berpelukan. Tak ada kata yang terucap dari salah satu mereka, mereka hanya ingin menyalurkan kehangatan yang ada didalam diri mereka. Menyalurkan kasih sayang kepada orang yang mereka cintai.

Karsa melepas pelukannya terlebih dahulu. Dan itu membuat Baswara juga melepaskan pelukannya.

“Udah ih sana kakak pulang udah jam 5 juga” ujar Karsa dengan suara kecil, Baswara tersenyum kemudian mengangguk dan sedikit mengusak rambut Karsa.

“Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya? Selamat pagi lagi, Karsa” ujar Baswara yang dihadiahi tawa dari Karsa.

“Hahaha iya kak Bas, hati hati ya? Selamat Pagi juga!” Ujar Karsa, Baswara mengangguk kemudian naik keatas motornya dan segera memakai helmnya.

“I love you, Karsa” ujar Baswara sebelum meninggalkan tempat kediaman Karsa.

Karsa lagi lagi memergoki pipinya bersemu merah, ia memegang pipinya sambil melihat Baswara dengan motornya yang berjalan menjauhi rumahnya. Tak sadar ia tersenyum sendiri.

“I love you too, kak Baswara” ujar Karsa sebelum ia memasuki rumah kediamannya.

ㅡEnd. Hah, mereka sangat manis.

Jakarta, 03 November 2020. Tertanda, Aksa.

Wedang Jahe di alun alun kota jogja.

Pukul 04:03 pagi.

Karsa terlihat masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya, mencatat semua yang diberikan oleh gurunya. Daring ini membuatnya seperti disuruh kerja rodi dari pagi hingga pagi lagi.

Drrtt ddrrrttt

Ponsel Karsa tiba-tiba berbunyi, Karsa memberhentikan laju tangannya yang sedang menggoreskan tinta pulpen dikertasnya dan segera mengangkat telfon.

Ah dari kak Baswara rupanya.

“Halo Karsa?” Ujar dengan nada berat di ujung telfon sana.

“Halo kak Baswara, selamat pagi” Ujar Karsa diselingi Kekehan singkat.

“Hahaha, kok belum tidur Sa?” Tanya Baswara diujung telfon. Karsa menghembuskan nafas berat, dan segera menjawab pertanyaan dari Baswara.

“Iya kak, masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Kakak juga kenapa belum tidur?” Tanya Karsa

“Aku tidak bisa tidur, mau jalan jalan ke Alun alun nggak Sa?” Tawar Baswara, Karsa yang mendengarnya menganggukkan kepalanya semangat meski Baswara tidak dapat melihatnya.

“Mau kak mau, ayo kita pergi kesana!! Karsa mau beli wedang jahe hehe” ujar Karsa yang ditanggapi kekehan singkat dari yang Tua.

“Yasudah siap siap sana, bentar lagi kakak kesana ya. Jangan lupa pakai jaket, kota Jogja lagi digin sekarang” ujar Baswara.

“Okay kak, see u ya” panggilan telfon tertutup, Karsa bergegas membereskan buku bukunya yang berantakan di meja belajar, setelah selesai ia segera meraih jaketnya dan juga Minyak kayu putih kebanggaannya.

Sekitar 10 menit Karsa menunggu, akhirnya Baswara sampai dirumahnya. Karsa pergi pelan pelan melewati pintu depan, dan segera menghampiri Baswara yang sedang duduk di Jok motor.

“Lama nggak nunggunya?” Tanya Baswara yang dihadiahi gelengan dari yang muda.

“Nggak kok kak, udah yu berangkat. Aku ga sabar mau beli Wedang jahenya” ujar Karsa, Baswara terkekeh kemudian memakaikan Helm kekepala Karsa.

Setelah itu Karsa naik kemotor, dan mereka berdua langsung pergi ke Alun Alun.

Sesampainya di Alun Alun, Karsa segera turun dari motor dan menyerahkan Helmnya ke Baswara setelah itu ia langsung menuju ke stan Wedang Jahe langganan mereka berdua. Setelah memesan untuk mereka berdua, Karsa segera mencari tempat duduk.

Alun alun jogja hanya diisi hanya oleh beberapa orang saja, karna memang masih terlalu pagi. Karsa melihat Baswara mendekat padanya dan duduk tepat disamping Karsa.

“Sudah dipesan Sa?” Tanya Baswara yang dihadiahi anggukan oleh Karsa.

Selagi menunggu wedang jahe mereka jadi, mereka berbicara ringan. Berbagai macam curhatan dari Karsa tentang sekolahnya di dengarkan dengan baik oleh Baswara, tak jarang pula Baswara menenangkan Karsa yang mulai menggebu gebu menceritakan tentang daringnya.

Wedang Jahe mereka akhirnya jadi, mereka akhirnya segera meminum wedang jahenya karna takut segera dingin.

“Akh panas” ujar Karsa yang mengundang perhatian dari yang lebih Tua.

“Karsa kalau minum ditiup dahulu, kan jadi bibirmu merah gitu” ujar Baswara khawatir, ia mengeluarkan tissue basah dari kantong jaketnya dan kemudian menotol-notolkannya ke bibir Karsa.

Semburat berwarna merah jambu keluar dari pipi Karsa, Baswara sangat tampan jika dilihat sedari dekat seperti ini. Dan caranya memperlakukan Karsa membuat ia ingin terbang kelangit ke tujuh.

“Apa sih kak haha, orang gapapa juga” ujar Karsa gugup, Baswara menghentikan kegiatannya dan melihat kearah Karsa.

“Serius gapapa?” Tanya Baswara, yang disambut senyum dan anggukan singkat dari Karsa

“Udah ayo habisin wedangnya keburu dingin” suruh Karsa, ia tak kuasa menahan malu jika dilihat lebih lama oleh Baswara.

Setelah selesai minum wedang jahenya, mereka berkeliling keliling disekitaran alun alun sembari menyatukan kedua tangan mereka, jalan bersebelahan dan dengan Karsa yang menempatkan kepalanya di pundak Baswara.

“Dingin nggak Sa? Kalau dingin kita pulang aja yuk? Daripada kamu sakit nanti” ujar Baswara sembari memegang pipi Karsa dengan sebelah tangannya yang tak memegang tangan Karsa.

“Engga kok kak, tapi ayo deh kita pulang aja. Masih ada 1 tugas lagi yang belum Karsa kerjain soalnya” Ujar Karsa yang diangguki oleh Baswara.

Akhirnya mereka dengan segera meninggalkan Alun alun, dan segera bergegas pulang kerumah.

Pukul 04:57 Rumah Karsa.

Karsa turun dari motor Baswara, ia menyerahkan Helm yang tadi ia pakai kepemilik aslinya. Karsa tidak segera masuk kerumahnya, dan Baswara juga tidak langsung pergi dari rumah Karsa.

Mereka ingin mengutarakan sesuatu, tapi mereka enggan mengucapkannya. Seperti menanti salah satu dari mereka berani berbicara terlebih dahulu.

“Terimakasih ya kak tadi jalan jalan subuhnya” ah, Karsa duluan ternyata.

“Iya sama sama, sudah sana masuk makin dingin hawanya” Ujar Baswara, Karsa mengangguk kemudian mengambil langkah memutar dan berjalan kerumahnya.

“Karsa tunggu” panggil Baswara lagi, Karsa segera menghentikan langkahnya kemudian berbalik kearah Baswara.

Tak Karsa duga dan kira, Baswara ternyata mencium kening Karsa tepat didepan rumahnya. Karsa terkejut atas perlakuan yang Baswara lakukan, ia tak bisa berkata kata. Pipinya menjadi menghangat bersemu merah, atas perlakuan Baswara.

“Selamat Pagi, Karsa Derana Aciel. Semangat sekolah Onlinenya hari ini”ujar Baswara sembari tersenyum hangat, Karsa mengangguk malu.

“Selamat Pagi juga, Kak Baswara Raka Abian. Semangat juga Kuliah Online hari ini” Ujar Karsa kemudian mereka terkekeh bersama.

Entah siapa yang memulai duluan, kini mereka tengah berpelukan. Tak ada kata yang terucap dari salah satu mereka, mereka hanya ingin menyalurkan kehangatan yang ada didalam diri mereka. Menyalurkan kasih sayang kepada seseorang yang mereka cintai.

Karsa melepas pelukannya terlebih dahulu. Dan itu membuat Baswara juga melepaskan pelukannya.

“Udah ih sana kakak pulang udah jam 5 juga” ujar Karsa dengan suara kecil, Baswara tersenyum kemudian mengangguk dan sedikit mengusak rambut Karsa.

“Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya? Selamat pagi, Karsa” ujar Baswara yang dihadiahi tawa dari Karsa.

“Hahaha iya kak Bas, hati hati ya? Selamat Pagi juga!” Ujar Karsa, Baswara mengangguk kemudian naik keatas motornya dan segera memakai helmnya.

“I love you, Karsa” ujar Baswara sebelum meninggalkan tempat kediaman Karsa.

Karsa lagi lagi memergoki pipinya bersemu merah, ia memegang pipinya sambil melihat Baswara dengan motornya yang berjalan menjauhi rumahnya. Tak sadar ia tersenyum sendiri.

“I love you too, kak Baswara” ujar Karsa sebelum ia memasuki rumah kediamannya.

The End. Hah, mereka sangat manis.

Jakarta, 03 November 2020. Aksa.

Wedang Jahe di alun alun kota jogja.

Pukul 04:03 pagi.

Karsa terlihat masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya, mencatat semua yang diberikan oleh gurunya. Daring ini membuatnya seperti disuruh kerja rodi dari pagi hingga pagi lagi.

Drrtt ddrrrttt

Ponsel Karsa tiba-tiba berbunyi, Karsa memberhentikan laju tangannya yang sedang menggoreskan tinta pulpen dikertasnya dan segera mengangkat telfon.

Ah dari kak Baswara rupanya.

“Halo Karsa?” Ujar dengan nada berat di ujung telfon sana.

“Halo kak Baswara, selamat pagi” Ujar Karsa diselingi Kekehan singkat.

“Hahaha, kok belum tidur Sa?” Tanya Baswara diujung telfon. Karsa menghembuskan nafas berat, dan segera menjawab pertanyaan dari Baswara.

“Iya kak, masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Kakak juga kenapa belum tidur?” Tanya Karsa

“Aku tidak bisa tidur, mau jalan jalan ke Alun alun nggak Sa?” Tawar Baswara, Karsa yang mendengarnya menganggukkan kepalanya semangat meski Baswara tidak dapat melihatnya.

“Mau kak mau, ayo kita pergi kesana!! Karsa mau beli wedang jahe hehe” ujar Karsa yang ditanggapi kekehan singkat dari yang Tua.

“Yasudah siap siap sana, bentar lagi kakak kesana ya. Jangan lupa pakai jaket, kota Jogja lagi digin sekarang” ujar Baswara.

“Okay kak, see u ya” panggilan telfon tertutup, Karsa bergegas membereskan buku bukunya yang berantakan di meja belajar, setelah selesai ia segera meraih jaketnya dan juga Minyak kayu putih kebanggaannya.

Sekitar 10 menit Karsa menunggu, akhirnya Baswara sampai dirumahnya. Karsa pergi pelan pelan melewati pintu depan, dan segera menghampiri Baswara yang sedang duduk di Jok motor.

“Lama nggak nunggunya?” Tanya Baswara yang dihadiahi gelengan dari yang muda.

“Nggak kok kak, udah yu berangkat. Aku ga sabar mau beli Wedang jahenya” ujar Karsa, Baswara terkekeh kemudian memakaikan Helm Karsa kekepalanya.

Setelah itu Karsa naik kemotor, dan mereka berdua langsung pergi ke Alun Alun.

Sesampainya di Alun Alun, Karsa segera turun dari motor dan menyerahkan Helmnya ke Baswara setelah itu ia langsung menuju ke stan Wedang Jahe langganan mereka berdua. Setelah memesan untuk mereka berdua, Karsa segera mencari tempat duduk.

Alun alun jogja hanya diisi hanya oleh beberapa orang saja, karna memang masih terlalu pagi. Karsa melihat Baswara mendekat padanya dan duduk tepat disamping Karsa.

“Sudah dipesan Sa?” Tanya Baswara yang dihadiahi anggukan oleh Karsa.

Selagi menunggu wedang jahe mereka jadi, mereka berbicara ringan. Berbagai macam curhatan dari Karsa tentang sekolahnya di dengarkan dengan baik oleh Baswara, tak jarang pula Baswara menenangkan Karsa yang mulai menggebu gebu menceritakan tentang daringnya.

Wedang Jahe mereka akhirnya jadi, mereka akhirnya segera meminum wedang jahenya karna takut segera dingin.

“Akh panas” ujar Karsa yang mengundang perhatian dari yang lebih Tua.

“Karsa kalau minum ditiup dahulu, kan jadi bibirmu merah gitu” ujar Baswara khawatir, ia mengeluarkan tissue basah dari kantong jaketnya dan kemudian menotol-notolkannya ke bibir Karsa.

Semburat berwarna merah jambu keluar dari pipi Karsa, Baswara sangat tampan jika dilihat sedari dekat seperti ini. Dan caranya memperlakukan Karsa membuat ia ingin terbang kelangit ke tujuh.

“Apa sih kak haha, orang gapapa juga” ujar Karsa gugup, Baswara menghentikan kegiatannya dan melihat kearah Karsa.

“Serius gapapa?” Tanya Baswara, yang disambut senyum dan anggukan singkat dari Karsa

“Udah ayo habisin wedangnya keburu dingin” suruh Karsa, ia tak kuasa menahan malu jika dilihat lebih lama oleh Baswara.

Setelah selesai minum wedang jahenya, mereka berkeliling keliling disekitaran alun alun sembari menyatukan kedua tangan mereka, jalan bersebelahan dan dengan Karsa yang menempatkan kepalanya di pundak Baswara.

“Dingin nggak Sa? Kalau dingin kita pulang aja yuk? Daripada kamu sakit nanti” ujar Baswara sembari memegang pipi Karsa dengan sebelah tangannya yang tak memegang tangan Karsa.

“Engga kok kak, tapi ayo deh kita pulang aja. Masih ada 1 tugas lagi yang belum Karsa kerjain soalnya” Ujar Karsa yang diangguki oleh Baswara.

Akhirnya mereka dengan segera meninggalkan Alun alun, dan segera bergegas pulang kerumah.

Pukul 04:57 Rumah Karsa.

Karsa turun dari motor Baswara, ia menyerahkan Helm yang tadi ia pakai kepemilik aslinya. Karsa tidak segera masuk kerumahnya, dan Baswara juga tidak langsung pergi dari rumah Karsa.

Mereka ingin mengutarakan sesuatu, tapi mereka enggan mengucapkannya. Seperti menanti salah satu dari mereka berani berbicara terlebih dahulu.

“Terimakasih ya kak tadi jalan jalan subuhnya” ah, Karsa duluan ternyata.

“Iya sama sama, sudah sana masuk makin dingin hawanya” Ujar Baswara, Karsa mengangguk kemudian mengambil langkah memutar dan berjalan kerumahnya.

“Karsa tunggu” panggil Baswara lagi, Karsa segera menghentikan langkahnya kemudian berbalik kearah Baswara.

Tak Karsa duga dan kira, Baswara ternyata mencium kening Karsa tepat didepan rumahnya. Karsa terkejut atas perlakuan yang Baswara lakukan, ia tak bisa berkata kata. Pipinya menjadi menghangat bersemu merah, atas perlakuan Baswara.

“Selamat Pagi, Karsa Derana Aciel. Semangat sekolah Onlinenya hari ini”ujar Baswara sembari tersenyum hangat, Karsa mengangguk malu.

“Selamat Pagi juga, Kak Baswara Raka Abian. Semangat juga Kuliah Online hari ini” Ujar Karsa kemudian mereka terkekeh bersama.

Entah siapa yang memulai duluan, kini mereka tengah berpelukan. Tak ada kata yang terucap dari salah satu mereka, mereka hanya ingin menyalurkan kehangatan yang ada didalam diri mereka. Menyalurkan kasih sayang kepada seseorang yang mereka cintai.

Karsa melepas pelukannya terlebih dahulu. Dan itu membuat Baswara juga melepaskan pelukannya.

“Udah ih sana kakak pulang udah jam 5 juga” ujar Karsa dengan suara kecil, Baswara tersenyum kemudian mengangguk dan sedikit mengusak rambut Karsa.

“Yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya? Selamat pagi, Karsa” ujar Baswara yang dihadiahi tawa dari Karsa.

“Hahaha iya kak Bas, hati hati ya? Selamat Pagi juga!” Ujar Karsa, Baswara mengangguk kemudian naik keatas motornya dan segera memakai helmnya.

“I love you, Karsa” ujar Baswara sebelum meninggalkan tempat kediaman Karsa.

Karsa lagi lagi memergoki pipinya bersemu merah, ia memegang pipinya sambil melihat Baswara dengan motornya yang berjalan menjauhi rumahnya. Tak sadar ia tersenyum sendiri.

“I love you too, kak Baswara” ujar Karsa sebelum ia memasuki rumah kediamannya.

The End. Hah, mereka sangat manis.

Jakarta, 03 November 2020. Aksa.

Baswara Raka Abian.

3 kata yang selalu terngiang ngiang dikepala, membuat jantung hati tak tentu detaknya. Banyangan tentang helai rambut yang halus, kulit selembut sutra, namun tangannya dengan gagah melindungiku, cara ia menatap dan memperlakukanku, semuanya. Aku suka semua yang dia lakukan kepadaku.

Dari catatan Karsa Derana Aciel.

Baswara Raka Abian.

3 kata yang selalu terngiang ngiang dikepala, membuat jantung hati tak tentu detaknya. Banyangan tentang helai rambut yang halus, kulit selembut sutra, namun tangannya dengan gagah melindungiku, cara ia menatap dan memperlakukanku, semuanya. Aku suka semua yang dia lakukan kepadaku.

Catatan Karsa Derana Aciel.

Mandi hujan dan bubur ayam

Di Sore hari Bentala merasa bosan, hari ini ia tidak pergi ke universitas karna memang sedang tidak ada jadwal kuliah, sedangkan Bumantara ada kelas sore ini. Bentala memperhatikan rintikan hujan yang mulai deras turun dari angkasa lewat jendela kamarnya.

“Aku ingin sekali mandi hujan” monolognya sendiri, ia ingin sekali berlari kearah hujan dan bermain dibawah rintiknya.

“Tapi, sama Kak Bumantara dilarang katanya nanti sakit” Bentala menjadi sangat bimbang, disatu sisi ia ingin sekali bermai hujan, tapi disatu sisi ia harus nurut dengan apa yang dikatakan oleh Bumantara.

Bentala resah, setelah perdebatan panjang dalam batinnya. Akhirnya ia memutuskan untuk bermain hujan saja, Bentala bermain hujan bersama anak pemilik kost setelah diizinkan.

Mereka bermain dengan riang, mulai dari kejar kejaran sampai tiduran di aspal depan rumah kost. Mereka tertawa lepas, dibawah rinai hujan yang terus menerus membasahi bumi.

Kurang lebih 1 jam setengah Bentala bermain hujan, akhirnya ia menyerah dan memilih kembali naik ke atas tempat dimana kostnya berada dan kemudian mandi. Anak Pemilik kostnya masih bermain bersama temannya, jadi Bentala tak perlu khawatir.

Setelah selesai mandi, Bentala mulai bersin bersin ringan agak mengigil setelahnya. Dengan cepat ia memakai minyak telon ke badannya guna menghangatkan, tubuhnya yang hampir mengigil.

Ac kamar dinaikkan guna mencegah Bentala semakin kedinginan, seketika ia menyesal kenapa harus bermandi hujan. Bisa bisa, ia kena marah oleh Bumantara.

Jam 17.00 Bumantara sampai kost.

Bumantara melihat sedikit aneh ke arah kamar mereka berdua, biasanya jam segini Bentala sedang mengerjakan tugas, tapi mengapa kamarnya kini gelap gulita?

Perlahan Bumantara membuka knop pintu, dan netranya langsung melihat sebuah gundukan selimut besar. Bumantara terkekeh ringan, dan kemudian melangkahkan kakinya menuju dimana Bentala menggulung dirinya di bawah selimut.

“Eh? Bentala kamu kenapa?” Ujar Bumantara panik, masalahnya Bumantara kaget melihat Bentala sudah mengigil dibawah selimut dengan hidung dan wajah yang merah.

“Astaga panas banget” Ujar Bumantara, Bentala merengek kemudian mengambil alih selimut yang masih dipegang oleh Bumantara lantaran ia masih mengigil dibawah selimut itu.

“Huhu kakak panas” Rengek Bentala.

“Kamu habis mandi hujan ya?” Tanya Bumantara, dan mendapat anggukan polos dari Bentala.

“Yaampun, kan sudah kakak bilang jangan bermain hujan Bentala” Bentala yang di ceramahi hanya bisa memasang muka melas, karna sangking tidak kuatnya ia untuk berbicara lagi.

Bumantara membuang nafas kasar, dengan segera ia menaruh tasnya dan mengambil handuk. Ia ingin mandi kemudian membelikan bubur ayam dan obat untuk bentala.

“Kamu nanti tunggu sebentar disini ya Tala, aku mau beli Bubur ayam dan obat untukmu” Bentala mengangguk saja mendengarnya.

Sekitar 20 menit, Bumantara telah selesai dengan acara mandi dan berpakaiannya, dengan segera ia berjalan kearah pintu setelah mengambil kunci motor dan segera membeli Bubur agar ia tidak kelamaan meninggalkan Bentala dirumah Kost an sendiri.

Bentala menunggu Bumantara dengan sabar, karna kepalanya sangat pusing sekali. Ia ingin ada yang dipeluk, kalau guling tidak enak katanya.

“Kangen kak Bumantara”

Entah memang Bumantara mendengar dumelan Bentala atau bagaimana, Bumantara sudah datang tepat 15 menit setelah kepergiaannya dari Kost tersebut.

“Ayo Tala makan dulu, baru habis itu tidur ya?” Ujar Bumantara setelah membuka plastik bubur nya. Kemudian mendekat kearah Bentala dengan sendok dan semangkuk bubur ayam.

“Aaah~~” Bumantara menyuruh bentala membuka mulutnya agar bubur yang ingin dia suapkan masuk kedalam mulut Bentala, pahit. Rasa Bentala.

“Ugh pahit” Bumantara menghembuskan nafas, dan kembali menyuapi Bentala.

“Ayo makan dahulu mangkanya, biar cepat selesai dan minum obat lalu habis itu tidur” Bentala menerima kembali suapan dari Bumantara dan mengunyah dengan susah payah karna hanya ada pahit yang dia rasakan sekarang.

Setelah beberapa suap, akhirnya Bentala menyerah karna lidahnya sudah tak kuat lagi menerima rasa pahit tersebut. Kemudian Bumantara mengambil obatnya, dan segera kasih obat tersebut ke Bentala.

“Nih minum dulu obatnya, setelah itu tidur” Bentala mengangguk dan dengan segera meminum obatnya.

“Huhu pahit banget”

“Mangkanya kalau nggak mau minum obat jangan nakal, nakal sih sudah aku kasih tahu jangan bermain hujan malah bermain hujan. Sudah ayo tidur” ajak Bumantara sambil menelusupkan badannya kedalam selimut.

“Peluk” rengek Bentala, Bumantara terkekeh kemudian memeluk badan Bentala. Bentala yang dipeluk kemudian mulai menyamankan dirinya dipelukan Bumantara, dan tak lama kemudian ia jatuh tidur.

“Selamat tidur Bentala, selamat malam mimpi indah. Cepat sembuh” Bumantara mengecup singkat dahi Bentala, sebelum ia menyusul Bentala bertemu mimpi.

Pagi hari, Jam 8.00. Kost.

“Bentala, tolong izinkan Kakak kepada Dosen hari ini” ujar Bumantara dengan suara serak khas bangun tidur.

Bentala yang sedang merapihkan bukunya, melihat kearah Bumantara dengan pandangan sendu, dan menghampiri Bumantara yang sedang tiduran di kasur.

“Maaf ya kak, karna aku kakak jadi gantian yang sakit” ujar Bentala, Bumantara tersenyum kemudian mengusap pipi Bentala halus.

“Tak apa, sudah sana Kuliah. Hati hati dijalan ya” Ujar Bumantara, Bentala mengangguk kemudian segera berdiri.

Tetapi tangannya di tarik oleh Bumantara, dan alangkah terkejutnya Bentala tat kala bibir Bumantara menyapa permukaan bibirnya.

Halus. Itu yang berada difikiran Bentala pertama kali.

Wajah Bentala seketika menjadi merah tomat, ia segera melepaskan cengkraman tangan Bumantara dan berlari kearah pintu.

“Sudah ah, aku pergi dadah Kak Bumantara semoga lekas sembuh” ucap Bentala.

Bumantara hanya bisa terkekeh kecil melihat kepergian Bentala yang malu malu setelah ia cium.

Bakso bakar dan Wedang Ronde.

Terlihat seseorang bertubuh kurus tinggi duduk Sendiri dipujasera Kampus. Melihat orang berlalu lalang didepannya dengan pandangan kosong, sembari memainkan rubik yang berada ditangannya, terlihat sesekali membenarkan kacamatanya yang turun.

Namanya adalah Bentala Aditya, mahasiswa Sastra Bahasa Indonesia semester 5. Seorang anti-sosial yang menutup dirinya rapat rapat dari semua orang, Kecuali,

“Bentala! Hei kok ngelamun?” Ujar seseorang yang baru saja datang, kemudian mengagetkan Bentala yang sedang asyik bermain rubik.

“Kak Bumantara mengagetkan'ku tau. Aku sedang bermain rubik, tidak sedan melamun” ujar Bentala dengan bahasa Baku ciri khasnya.

Bumantara tersenyum, mengusak rambut Bentala dengan gemas. Ah Bentala sangat lucu dimata Bumantra.

Ah ya, Bentala hanya dekat dengan Bumantara. Kakak tingkatnya di Perkuliahan, Nama lengkapnya adalah Bumantara Aarav.

“Haha, aku minta maaf ya. Sudahlah ayo kita pulang” ajak Bumantara yang dihadiahi anggukan antusias oleh Bentala.

Bentala menaruh rubik kesayangannya didalam tasnya, kemudian mengikuti langkah Bumantara kearah parkiran kampus.

“Nih helmmu” Bumantara menyodorkan Helm putih bergambar Hello Kitty kesayangan Bentala. Dengan cekatan ia memakai Helmnya, dan naik ke motor saat sudah melihat Bumantara naik keatas.

Ia ingin segera pulang ke Kostnya, dan memeluk Bumantara sekencang kencangnya. Selama siang itu tidak ada hal spesial yang dilakukan keduanya. Hanya berbaring dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen mereka saja.

Sore hari, Jam 15.00.

“Tala” panggil Bumantara memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

Tala, adalah nama panggilan Bumantara yang diberikan hanya untuk Bentala.

“Ya kak?” Jawab Bentala

“Ayo kita makan Bakso Bakar yuk” ajak Bumantara, Bentala berfikir sejanak. Kemudian mengangguk setuju, karna ia juga lapar.

Akhirnya mereka segera bergegas pergi ke Bakso bakar trowulan, yang selalu menjadi langganan mereka berdua, sebelum hari semakin malam dan ramai.

Duduk dibangku paling belakang, setelah memesan Bakso mereka segera Bumantara mengambil es teh manis kesukaan mereka berdua.

Zrashhhh

Tiba tiba hujan turun dengan deras disertai angin kencang, untung saja tadi Bumantara membawa mobil kesini. Karna sudah ada firasat bahwa Langit akan memuntahkan hujan disore hari yang indah ini.

“Kak, untung tadi kita naik Mobil haha” ujar Bentala yang diangguki oleh Bumantara. Setelah itu, Mereka sedikit berbincang tentang apa yang mereka alami di kampus hari ini.

Banyak cerita terlontar dari mereka berdua, sesekali tertawa karna lelucon yang dilontarkan Bumantara. Menghangatkan sekitar mereka, yang dingin akibat hujan deras.

Lama menunggu, 2 Porsi bakso bakar mereka akhirnya sampai. Setelah berdoa, Bentala segera melahap bakso bakarnya lantaran sudah kepalang lapar.

Bumantara yang melihat itu hanya tersenyum tipis, sembari terus memperhatikan Bentala makan.

“Pelan-pelan saja Tala, ditiup dulu. Bakso bakarnya nggak bakal kemana mana juga kok, lihat kan sampai belepotan gini” Ujar Bumantara sembari membersihkan ujung bibir Bentala, Bentala tersenyum kikuk sambil memperlambat tempo makannya.

“Kakak kita lagi diluar” Ujar Bentala, dan kemudian ia makan sambil memastikan tidak ada lagi saus yang menempel di wajahnya.

“Memangnya kenapa?” Tanya Bumantara. Bentala melihat jengah kearah Bumantara, lelaki didepannya ini sangat keras kepala. Bagaimana jika orang orang tau hubungan mereka berdua.

“Nanti kita ketauan” bisik Bentala yang dihadiahi tatapan malas oleh Bumantara.

“Biarkan saja” jawabnya cuek.

Sehabis makan, Mereka memesan wedang ronde untuk menghangatkan tubuh mereka. Mereka menghabiskan waktu disana, sampai Hujan sudah tidak turun membasahi Bumi. Setelahnya baru mereka pulang kembali ke Kost.

[🌏]

Namanya adalah Bentala Aditya, sesosok lelaki manis rupawan dengan tubuh tinggi proposional yang mempunyau makna Bumi dan Sang Surya diarti namanya. Sosok lelaki yang periang dan lugu, mampu menutupi sisi kelam dikehidupannya. Lelaki yang hampir tak mengenal warna dikehidupannya, sebelum aku datang memberikan warna baru dihidupnya.

Bentala Aditya, kau akan selalu berada di Hatiku.

ㅡBumantra Aarav.

ㅡMendarah.

𝙖𝙙𝙖 𝙝𝙖𝙩𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 '𝙠𝙪 𝙟𝙖𝙜𝙖, 𝙣𝙖𝙢𝙖𝙢𝙪 𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖. 𝘿𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙙𝙞𝙖𝙢𝙠𝙖𝙣 '𝙠𝙪 𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙖𝙧𝙖𝙝

Hongjoong bingung, kembali kemasalalu atau berfokus saja kepada masa depannya?

Melirik kembali kebelakang, atau maju teratur dengan masa depannya?

Seperti halnya ia harus memilih, haruskah ia masih mencintai Mingi sang mantan kekasihnya? Atau menjaga hati Seonghwa yang kelak akan menyandang status sebagai Suaminya kelak?

Haruskah Hongjoong egois? Haruskah Hongjoong membangkang terhadap keluarganya? Dan lebih memilih menikmati waktunya bersama seseorang yang memang benar benar ia cintai?

Haruskah Hongjoong kembali kepada Mingi, dan Meninggalkan Seonghwa? Segala fikiran, pertanyaan pernyataan hingap di kepala Hongjoong.

Ataukah malah ia harus menyerah akan keduanya?

Hongjoong tak tahu menahu, tapi sesuatu yang ada di hati Hongjoong mengatakan jangan menyerah, perjuangkan terus apa yang ingi engkau perjuangkan.

Kemudian lepaslah, apa yang tak ingin kau genggam lagi.

Dan itu yang membuat Hongjoong bingung.

Apa haruskah ia menjaga hati Seonghwa, tetapi ia masih membawa nama Mingi dihati dan kesehariannya?