Mandi hujan dan bubur ayam

Di Sore hari Bentala merasa bosan, hari ini ia tidak pergi ke universitas karna memang sedang tidak ada jadwal kuliah, sedangkan Bumantara ada kelas sore ini. Bentala memperhatikan rintikan hujan yang mulai deras turun dari angkasa lewat jendela kamarnya.

“Aku ingin sekali mandi hujan” monolognya sendiri, ia ingin sekali berlari kearah hujan dan bermain dibawah rintiknya.

“Tapi, sama Kak Bumantara dilarang katanya nanti sakit” Bentala menjadi sangat bimbang, disatu sisi ia ingin sekali bermai hujan, tapi disatu sisi ia harus nurut dengan apa yang dikatakan oleh Bumantara.

Bentala resah, setelah perdebatan panjang dalam batinnya. Akhirnya ia memutuskan untuk bermain hujan saja, Bentala bermain hujan bersama anak pemilik kost setelah diizinkan.

Mereka bermain dengan riang, mulai dari kejar kejaran sampai tiduran di aspal depan rumah kost. Mereka tertawa lepas, dibawah rinai hujan yang terus menerus membasahi bumi.

Kurang lebih 1 jam setengah Bentala bermain hujan, akhirnya ia menyerah dan memilih kembali naik ke atas tempat dimana kostnya berada dan kemudian mandi. Anak Pemilik kostnya masih bermain bersama temannya, jadi Bentala tak perlu khawatir.

Setelah selesai mandi, Bentala mulai bersin bersin ringan agak mengigil setelahnya. Dengan cepat ia memakai minyak telon ke badannya guna menghangatkan, tubuhnya yang hampir mengigil.

Ac kamar dinaikkan guna mencegah Bentala semakin kedinginan, seketika ia menyesal kenapa harus bermandi hujan. Bisa bisa, ia kena marah oleh Bumantara.

Jam 17.00 Bumantara sampai kost.

Bumantara melihat sedikit aneh ke arah kamar mereka berdua, biasanya jam segini Bentala sedang mengerjakan tugas, tapi mengapa kamarnya kini gelap gulita?

Perlahan Bumantara membuka knop pintu, dan netranya langsung melihat sebuah gundukan selimut besar. Bumantara terkekeh ringan, dan kemudian melangkahkan kakinya menuju dimana Bentala menggulung dirinya di bawah selimut.

“Eh? Bentala kamu kenapa?” Ujar Bumantara panik, masalahnya Bumantara kaget melihat Bentala sudah mengigil dibawah selimut dengan hidung dan wajah yang merah.

“Astaga panas banget” Ujar Bumantara, Bentala merengek kemudian mengambil alih selimut yang masih dipegang oleh Bumantara lantaran ia masih mengigil dibawah selimut itu.

“Huhu kakak panas” Rengek Bentala.

“Kamu habis mandi hujan ya?” Tanya Bumantara, dan mendapat anggukan polos dari Bentala.

“Yaampun, kan sudah kakak bilang jangan bermain hujan Bentala” Bentala yang di ceramahi hanya bisa memasang muka melas, karna sangking tidak kuatnya ia untuk berbicara lagi.

Bumantara membuang nafas kasar, dengan segera ia menaruh tasnya dan mengambil handuk. Ia ingin mandi kemudian membelikan bubur ayam dan obat untuk bentala.

“Kamu nanti tunggu sebentar disini ya Tala, aku mau beli Bubur ayam dan obat untukmu” Bentala mengangguk saja mendengarnya.

Sekitar 20 menit, Bumantara telah selesai dengan acara mandi dan berpakaiannya, dengan segera ia berjalan kearah pintu setelah mengambil kunci motor dan segera membeli Bubur agar ia tidak kelamaan meninggalkan Bentala dirumah Kost an sendiri.

Bentala menunggu Bumantara dengan sabar, karna kepalanya sangat pusing sekali. Ia ingin ada yang dipeluk, kalau guling tidak enak katanya.

“Kangen kak Bumantara”

Entah memang Bumantara mendengar dumelan Bentala atau bagaimana, Bumantara sudah datang tepat 15 menit setelah kepergiaannya dari Kost tersebut.

“Ayo Tala makan dulu, baru habis itu tidur ya?” Ujar Bumantara setelah membuka plastik bubur nya. Kemudian mendekat kearah Bentala dengan sendok dan semangkuk bubur ayam.

“Aaah~~” Bumantara menyuruh bentala membuka mulutnya agar bubur yang ingin dia suapkan masuk kedalam mulut Bentala, pahit. Rasa Bentala.

“Ugh pahit” Bumantara menghembuskan nafas, dan kembali menyuapi Bentala.

“Ayo makan dahulu mangkanya, biar cepat selesai dan minum obat lalu habis itu tidur” Bentala menerima kembali suapan dari Bumantara dan mengunyah dengan susah payah karna hanya ada pahit yang dia rasakan sekarang.

Setelah beberapa suap, akhirnya Bentala menyerah karna lidahnya sudah tak kuat lagi menerima rasa pahit tersebut. Kemudian Bumantara mengambil obatnya, dan segera kasih obat tersebut ke Bentala.

“Nih minum dulu obatnya, setelah itu tidur” Bentala mengangguk dan dengan segera meminum obatnya.

“Huhu pahit banget”

“Mangkanya kalau nggak mau minum obat jangan nakal, nakal sih sudah aku kasih tahu jangan bermain hujan malah bermain hujan. Sudah ayo tidur” ajak Bumantara sambil menelusupkan badannya kedalam selimut.

“Peluk” rengek Bentala, Bumantara terkekeh kemudian memeluk badan Bentala. Bentala yang dipeluk kemudian mulai menyamankan dirinya dipelukan Bumantara, dan tak lama kemudian ia jatuh tidur.

“Selamat tidur Bentala, selamat malam mimpi indah. Cepat sembuh” Bumantara mengecup singkat dahi Bentala, sebelum ia menyusul Bentala bertemu mimpi.

Pagi hari, Jam 8.00. Kost.

“Bentala, tolong izinkan Kakak kepada Dosen hari ini” ujar Bumantara dengan suara serak khas bangun tidur.

Bentala yang sedang merapihkan bukunya, melihat kearah Bumantara dengan pandangan sendu, dan menghampiri Bumantara yang sedang tiduran di kasur.

“Maaf ya kak, karna aku kakak jadi gantian yang sakit” ujar Bentala, Bumantara tersenyum kemudian mengusap pipi Bentala halus.

“Tak apa, sudah sana Kuliah. Hati hati dijalan ya” Ujar Bumantara, Bentala mengangguk kemudian segera berdiri.

Tetapi tangannya di tarik oleh Bumantara, dan alangkah terkejutnya Bentala tat kala bibir Bumantara menyapa permukaan bibirnya.

Halus. Itu yang berada difikiran Bentala pertama kali.

Wajah Bentala seketika menjadi merah tomat, ia segera melepaskan cengkraman tangan Bumantara dan berlari kearah pintu.

“Sudah ah, aku pergi dadah Kak Bumantara semoga lekas sembuh” ucap Bentala.

Bumantara hanya bisa terkekeh kecil melihat kepergian Bentala yang malu malu setelah ia cium.