Tuhan sebut sia-sia

Note : narasi tanpa dialog.


Maki Zen'in, Wanita baik nan sopan, apik rupa wajahmu jikalau sedang bertegur sapa dengan sang bintang.

Tabah hatimu, tak pernah sekalipun engkau marah ataupun habis kesabaranmu. Selalu dewasa menyikapi segala sesuatu, membuatku merasa cendala.

Selaluku pinta dalam doaku, agar dirimu menjadi satu-satunya asa yang ada dalam hidupku.

Selama ini 'ku tenggelam terlalu dalam dalam asmaraloka yang telah aku buat untuk diriku sendiri, tanpa memperdulikan siapa, dan apa yang akan menimpa esok atau entah kapan.

Selalu memuja sedari jauh, tanpa pernah mau memujamu sedari dekat. Bodoh ya aku.

Sampai-sampai, Tuhan-pun menyebutku sia-sia.

Untuk apa engkau selalu memujanya sedari jauh, tanpa mau menjadikan dirinya satu-satunya manusia dihidupmu.

Perjuangan-mu selama ini sia-sia, asa dan kidung cintamu tak terbalas karna ketakutanmu sendiri.


Kini hanya ada kata perpisahan yang sudah ku persiapkan sedari jauh-jauh hari, biarkanlah ini kutulis dalam coretan tinta hitam dan kertas lusuh yang sangat ku suka.

Selamat tinggal cintaku, selamat jalan separuh hati yang tak pernah ku gapai. Terimakasih karna telah mau menerima kehadiranku disekitarmu untuk beberapa tahun.

Diriku pamit semoga kau selalu bahagia selalu, bentalaku.

Dari : sang lengkara.