Dialog 1; Dia yang patah dan bertumbuh dari luka.


Kau sempurna, dapat menjelajah dunia yang besar ini dengan kaki kecilmu yang menggiring tubuhmu kesana dan kemari.

Bahumu tegak, tak jatuh meski badai, angin topan, dan hujaman hujan yang keras berjatuhan diatas tubuhmu. Kau sama sekali tak tergoyahkan.

Hatimu keras, sekeras batu karang yang setiap hari dihantam oleh derasnya aliran ombak yang berada di lautan, dan siap untuk melindungi serta menjadi tempat persinggahan untuk mereka yang ingin pulang.

Kau telah banyak melewati kesusahan dalam hidupmu, namun kau tetap tegar tak bergeming. Meski sering kali 'ku lihat dirimu menghapus jejak air mata itu demi terlihat sangat kuat, aku tau bahwa sebenarnya kau adalah manusia biasa; sama seperti kita semua.

Sempat 'ku fikirkan dalam benakku, apakah kau benar-benar baik-baik saja atau kah hanya bermain delusi akal?

Syair kepedihan sering kudengar lewat lantunan suaramu yang sering keluar dari bibir indahmu, mengisahkan kesakitan dari dalam hatimu; yang sama sekali tak pernah kau utarakan secara langsung.

Hingga akhirnya kau sendiri tak bisa lagi menahan rasa sakit yang terus dikhianati oleh kehidupan yang sudah lama kau jalani, kau lebih memilih pergi tanpa ada kata perpisahan terakhir kalinya, untuk ku dengar.

Terimakasih Arataki Itto yang telah mau berjuang, meski hanya sebentar.