Mimpi.

Pair: JongSang Tag: Angst, fluff.


Kata orang, mimpi itu adalah cerminan dari hari esok, namun, seolah tak percaya ada sebagian orang yang tak menganggap itu hanyalah bualan semata. Mimpi ya mimpi, tak lebih.

Sama seperti halnya Jongho, yang juga tak pernah mau mempercayai apa yang ia mimpikan.


Rumah Yeosang. Pukul 00.00 pagi.

Riiingggg, riiinggggg

Yeosang yang tengah mengetik proposal kegiatan dengan tenang, harus dikagetkan dengan bunyi telfon masuk dari Handphonenya, segera ia mengangkat setelah tahu siapa yang menelfonnya, di tengah malam seperti ini.

Panggilan tersambung, Yeosang bisa mendengar isakan halus dari si penelfon.

“Hmm, Jongho? Kamu kenapa?.” Tanya Yeosang.

“Hiks, Kakak, bisa datang kerumah tidak? Hiks. Aku takut huhu.” Isakan Jongho semakin kuat, Yeosang tak tega dibuatnya.

“Kamu kenapa sayang? Coba jelasin dulu? Kok sampai bisa nangis?.” Tanya Yeosang lagi.

“Hueee aku mimpi kakak meninggal masa, gaenak banget mimpinya huhu.” Terdengar rengekan sebal dari si manis, Yeosang hanya tertawa renyah sambil membisikkan kata-kata penenang untuk si penelfon.

“Hahaha, udah ih jangan nangis. Maaf kakak ga bisa datang kesana, proposal kakak baru sebagian selesai. Tertenggat esok sudah harus dikumpulkan, kakak temani sedari telfon saja tidak apa-apa kan?” Yeosang memastikan. Ia takut jika Yeosang tak bisa datang, Jongho ngambek padanya.

“Hiks, iya gapapa, aku ngerti kok. Tapi kakak temani Yeosang aja ya sampe bobok, takut hehe.” Ujar Jongho dari sebrang telfon. Yeosang ikut tersenyum mendengarnya, Yeosang sangat senang, Jongho pengertian terhadap dirinya. Ia tak terlalu menuntut Yeosang untuk ini dan itu.

“Kamu tau gasih, arti mimpi kamu itu apa?.” Pertanyaan Yeosang membuat Jongho berfikir, Selang sedetik ia dengan segera membalas pertanyaan dari Yeosang.

_“Nggak tuh, artinya apa kak? Kalo artinya jelek aku ngga mau denger.” Jongho membuat wajah seperti anak kecil yang sedang merajuk pada ibunya, itu sangat lucu dimata Yeosang.

Ah aku lupa memberi tahu, Mereka sudah mengganti panggilan telfon dengan video call.

“HAAHAHA nggak kok sayang, ini artinya bagus! Artinya kakak bakalan panjang umur, loh.” Jelas Yeosang. Yeosang melihat binar mata Jongho saat ia menjelaskan apa arti dari mimpinya itu.

“Eh serius kak? WOAH, SENENG BANGET.”

“Heh jangan teriak-teriak sudah malam nanti kamu dimarahi tetangga.”

“Ngga bakal sih bwek.” Percakapan keduanya berlanjut sampai jam 1 dini hari, Jongho telah pulas tergeletak dibantalnya dan Yeosang yang masih mengetik proposal yang hampir jadi itu.

Sengaja keduanya tak memutuskan panggilan, katanya jikalau mimpi buruk lagi bisa langsung berbicara tanpa harus menunggu panggilan diangkat.

Yeosang tersenyum gemas melihat wajah sang kekasih yang tertidur pulas, pipi merah dan bibir peach itu sangat menggoda sekali untuk dirinya cium. Lalu Yeosang cepat-cepat membuang fikiran itu, kemudian tertawa renyah sambil melanjutkan mengetik proposalnya.


??? Pukul 09.00 pagi.

Hari ini, bukan saja keluarga Yeosang dan Jongho yang menyuarakan duka cita, Awan gelap yang menghiasi sang cakrawala, juga seperti mengatakan duka cita yang teramat sangat.

Ya, mimpi Jongho kala itu menjadi kenyataan.

Yeosang kini telah pergi, bersama dengan angin malam. Melayang jauh, tak tentu arah. Jongho sangat marah pada dirinya sendiri, mengapa ia harus memimpikan mimpi konyol itu?

Katanya, arti mimpi yang dimimpikan Jongho itu membuat orang terkasihnya panjang umur, namun coba lihat, Kekasihnya kini telah pergi, ia pergi hanya karna mimpi bodoh itu.

Memang seharusnya ia tak percaya dengan bualan-bualan manusia dengan fantasi tinggi yang membuat orang lain menderita, hatinya berkedut sakit.

“Kakak, katanya, arti dari mimpiku itu baik, tapi kenapa malah menjadi seperti ini, apakah kakak mengatakan itu hanya untuk membuatku tenang dan senang? Tidak kak.”

End

Gaje banget soalnya aku udh mentok hehe:b