Cyno selalu suka bagaimana cara Haitham berbicara dan memperlakukannya. meski terkesan galak, itu tak melunturkan pesona indah seorang Al-Haitham.
Cyno selalu jatuh, jatuh, dan jatuh semakin dalam pada pesona seorang Al-Haitham. Kekaguman itu kemudian berkembang menjadi sebuah kata yang disebut setiap orang itu cinta.
Namun, Al-haitham tak memiliki perasaan lebih terhadap Cyno. Al-haitham hanya menganggap Cyno sebagai teman terbaiknya, yang harus ia lindungi setiap saat. Tapi, apakah Cyno bisa berbuat apa-apa? Tentu jawabannya adalah tidak, Ia lebih memilih memendam semua perasaan bodohnya itu sendirian, dan menikmati kesakitan dalam diam.
Ruang hampa yang ada di salah satu sudut hati Cyno adalah rumah terbaiknya untuk pulang.
Hatinya selalu berkedut sakit saat Al-haitham selalu membicarakan betapa manisnya Kaveh saat sedang marah jika ia tak sengaja menguncinya di luar.
Cyno hanya bisa tersenyum, dan mendengarkan Al-haitham membicarakan orang lain, tak peduli dengan hatinya yang sakit.
Lambat laun, Cyno semakin jatuh cinta terhadap Al-haitham. Sekarang ia sudah seharusnya melupakan perasaannya pada Al-haitham bukan?
Harusnya ia bisa melupakan perasaannya, saat tau Al-haitham sudah berhasil mendapatkan hati Kaveh.
Cyno marah, sangat marah pada dirinya sendiri. Mengapa ia tak pernah bisa melupakan seluruh perlakuan yang Al-haitham berikan kepada dirinya? Mengapa ia tak pernah bisa melupakan bagaimana jemari lembut itu menggenggam erat tangannya.
Ia tau, ia hanya menyakiti dirinya sendiri. Namun, ia tak berniat untuk berhenti mencintai Al-haitham.
Sampai pada suatu saat Al-haitham mengetahui perasaan Cyno, dan itu menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Pertemanannya hancur, begitupun dengan kisah cintanya. Habis terbakar oleh api amarah.
Saat itu, Cyno hanya bisa melihat punggung Al-haitham menjauh dari pandangan matanya. Ia salah, seharusnya ia tak pernah memendam rasa kepada teman terbaiknya, jika pada akhirnya itu akan menjadi kisah sedih nan menyakitkan bagi diri Cyno.
Sepertinya baru kemarin Cyno dan Al-haitham bercengkrama lewat telepon genggam saat jam 2 malam, berbicara selama dua jam dengan pembicaraan yang melalang buana mencari topik pembicaraan apa lagi yang akan nanti mereka bahas, hingga hanya sempat berbicara sekitar 2 menit hanya untuk sekedar bertukar kabar dan pada akhirnya, menjadi tidak bisa berbicara sama sekali terhadap satu sama lain.
End.