Aku menemukan bagian terbaik dari sesuatu, meninggalkanmu dengan cincin yang pernah kau berikan, tak ada lagi benda kecil indah itu lagi tersemat dijariku.

Meninggalkan semuanya bersama kenangan pernah kita buat, ntah aku tak sedih sama sekali, karna untuk apa aku sedih? Kau perduli denganku saja tidak. Menjauh darimu memanglah keputusan yang tepat, setelah berkali-kali hati ini kau patahkan dengan seenak hati, tanpa memikirkan bagaimana rasanya diinjak-injak sampai mati.

Hatiku kini keras, sekeras batu, tak ada lagi kurasa hangat membara dari penunjang kelangsungan hidupku ini. Semuanya terasa beku, bagaikan mati disiram air dingin.

Kau di sana tertawa sendiri menari riang tak henti, seakan merayakan kebebasan tak berarti. Sudah berapa triwulan kau berdendang sendiri? Mati ragamu tak pernah terjamah manusia.

Aku selalu mengejarmu untuk kembali, tapi kau malah asyik bernyanyi sembari melenggokkan tubuhmu. Teriakanku seperti angin lalu ditelingamu.